BEKASI (Arrahmah.com) – Alhamdulillah, kesadaran kaum Muslimin akan bahaya deradikalisasi semakin terbentuk. Sosialisasi kepada ummat Islam pun gencar dilakukan, salah satunya oleh Majelis Ilmu Ar Royyan (MIAR) dengan menggelar Kuliah Umum bertema “Memerangi Syariat Islam dengan Deradikalisasi”, Ahad (9/10/2011) di Masjid Muhammad Ramadhan, Bekasi. Beberapa hal penting mencuat dalam acara tersebut, berikut diantaranya.
Deradikalisasi upaya padamkan syariat dan jihad
Seribuan jamaah memadati Masjid Muhammad Ramadhan, Bekasi, Ahad (9/10/2011) untuk mengikuti Kuliah Umum yang diadakan Majelis Ilmu Ar Royyan. Mereka sudah tidak sabar untuk mendengarkan paparan para pembicara dalam acara bertajuk “Memerangi Syariat Islam dengan Deradikalisasi”. Hadir sebagai pembicara Ustadz Abu Muhammad Jibriel AR, selaku Amir Majelis Ilmu Ar Royyan, Munarman, SH dari An Nashr Institute, dan juga Habib Rizieq Syihad, Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI).
Dalam artikelnya berjudul “Deradikalisasi, Usaha Memadamkan Cahaya Syari’ah Dan Jihad Di Indonesia, Ustadz Abu Muhammad Jibriel AR menyampaikan bahwa ssaha memadamkan cahaya Islam bermula sejak dakwah Islam disampaikan oleh Rasulullah Saw. Tidak pernah berhenti dan berlanjut sampai sekarang di Indonesia. Sejak dimunculkannya isu teroris dan terorisme, pemerintah RI demikian bersemangat untuk mematikan semangat penegakan syari’ah dengan da’wah dan jihad fie sabilillah. Melalui institusi POLRI dan team pelaksana anti teror Densus 88 buatan negara asing dengan berutalnya menangkap para ulama Mujahidin dan para Mujahidin, bahkan membantai dan membunuh mereka secara membabi buta tiada prikemanusiaan.
Ustadz Abu Jibriel AR juga berpendapat bahwa deradikaliisasi tujuannya hanya untuk menghalangi syariat dan jihad di Indonesia, dan bukan penyelesaian masalah terorisme yang ilmiah dan bijak. Bahkan tindakan ini (deradikaliisasi) akan menimbulkan anti pati dan kebencian terhadap pemerintah yang sedang berkuasa.
Gories Mere DPO Mujahidin
Sementara itu, Munarman, SH dalam acara tersebut menyampaikan bahwa orang yang paling berbahaya bagi para mujahidin Indonesia adalah Gories Mere. Gories Mere adalah daftar DPO nomer satu bagi mujahidin ujarnya.
“Jadi permainan-permainan ini sudah biasa, dan otak utamanya proyek-proyek ini sekarang adalah Gories Mere seorang polisi Nashara. Saya kira kalau polisi punya daftar DPO maka seharusnya mujahidin juga punya daftar DPO. The Most Wanted of Mujahidin adalah Gories Mere,”
Bang Munarman, begitu beliau biasa disapa, juga menjelaskan posisi dan peta di tubuh densus 88, khususnya peranan Gories Mere dalam memusuhi Islam dan kaum Muslimin.
“Di dalam Densus itu sebenarnya ada unit yang diistimewakan betul daripada unit lainnya, yaitu unit Tim Anti Bom. Tim Anti Bom ini dikomandani langsung oleh Gories Mere. Kuncinya itu merekrut polisi-polisi Kristen dan polisi-polisi kafir lainnya,”
Dikarenakan peranan dan kebencian Gories Mere yang begitu besar dalam memusuhi mujahidin, maka Munarman menjadikan mantan Kadensus ini sebagai DPO nomer satu bagi mujahidin.
Pernyataan Munarman ini diamini oleh Habib Rizieq Syihab, Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), yang menjadi pembicara berikutnya. Menurut beliau, jika mujahidin ingin menyusun daftar list DPO terhadap orang-orang yang berbahaya bagi Islam, maka daftar list itu harus disusun oleh ulama yang berkompeten berdasarkan dalil-dalil Al Qur’an dan Sunnah.
“Saya sepakat dengan Pak Munarman. Para mujahidin itu saat ini seharusnya sudah membuat daftar list. Siapa sih sebetulnya musuh-musuh Islam? Siapa sih sebetulnya orang-orang yang darahnya untuk ditumpahkan? Siapa sih orang-orang yang harus dihabisi? Tapi tentunya kita tidak sembarangan membuat daftar itu, sesui dengan dalil-dalil Al-Qur’an maupun As-Sunnah,”
Menurut beliau, berdasarkan dalil-dalil shahih dalam Al-Qur’an dan Sunnah, orang-orang yang halal darahnya untuk ditumpahkan antara lain: para penghina Allah SWT, penghujat Nabi SAW, penghina Al-Qur’an, pembunuh ulama dan pembantai umat Islam. Menghadapi orang-orang berbahaya tersebut, Habib mengimbau agar umat Islam tidak tercerai-berai dan menyibukkan diri dengan permusuhan karena khilafiyah. Umat Islam harus merapatkan shaff ukhuwah Islamiyah dan fokus menghadapi musuh bersama umat Islam.
“Jadi kita mestinya harus lebih fokus, betul-betul lebih fokus, kita bidikkan senjata dan amunisi kita kepada orang-orang yang betul-betul nyata sudah menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya,”
Habib mengancam kepada para musuh Islam agar jangan semena-mena menzalimi dan memusuhi Islam. Bila musuh-musuh Islam itu bisa main culik, hantam dan bunuh terhadap aktivis Islam, maka mujahidin pun tidak pernah takut untuk berbuat sama.
“Jadi jangan pernah kita takut, kalau mereka bisa culik kita, kita juga bisa kok culik mereka. Mereka bisa bunuh kita, kita juga bisa kok bunuh mereka. Mereka bisa hantam kita, kita juga bisa kok hantam mereka. Mereka bisa angkat senjata, menodongkan senjata ke arah kita, kita juga bisa menodongkan senjata ke arah mereka. Bukan mereka saja yang bisa lakukan itu saudara,”
Wallahu’alam bis showab. Allahu Akbar!
(M Fachry/voa-islam/arrahmah.com)