YOGYAKARTA (Arrahmah.com) – Tanggung jawab pemerintah untuk melindungi warga negara dengan latar belakang apapun akhirnya dipertanyakan. Menyikapi hal itu, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, bersama-sama Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga dan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) mendirikan program studi S-3 bidang pendidikan lintas agama ICRS-Yogya.
Direktur Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Yogya Siti Syamsiyatun, Selasa (22/3/2011), di UGM, Yogyakarta, mengatakan, misi dari ICRS-Yogya itu diharapkan akan memberikan pembelajaran kepada para pemuka agama yang memiliki ketrampilan berkomunikasi lintas agama dan lintas disiplin, serta mempromosikan kerjasama, perdamaian, dan keadilan untuk semua umat.
“Selain kepada para pemuka agama, kami juga mendidik para calon dosen dan guru agama agar memiliki ketrampilan berkomunikasi lintas agama. Diharapkan, langkah ini memberikan efek jangka panjang dan memutus mata rantai sikap-sikap intoleransi yang saat ini banyak muncul di Indonesia,” kata Siti.
Saat ini, ICRS-Yogya telah memiliki mahasiswa S-3 dari 10 negara, yaitu Indonesia, Filipina, Mesir, Serbia, Singapura, Polandia, Myanmar, dan Amerika Serikat. Secara khusus, ICRS-Yogya menaruh minat besar pada dialog antar agama yang didasari dengan sikap respek dan kepercayaan, serta perdamaian.
Sebelumnya diberitakan, berdasarkan riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS), banyak guru agama justru menunjukkan sikap intoleransi yang berlebih dibandingkan penduduk pada umumnya. (komp/arrahmah.com)