KHARTOUM (Arrahmah.id) — Angkatan Udara Sudan melancarkan serangkaian serangan udara ke markas paramiliter Rapid Support Forces (RSF) di Ibu Kota Khartoum akibat upaya kudeta pada Sabtu (15/4/2023).
Serangan itu dilakukan sebagai balasan setelah RSF menduduki Istana Kepresidenan, beberapa gedung pemerintah, hingga Bandara Internasional di ibu kota dalam upaya kudeta terbaru yang terjadi di negara Afrika utara itu.
“Angkatan Udara Sudan menghancurkan kamp Tiba dan Soba di Khartoum milik RSF dan mendesak warga sipil di sekitar wilayah itu untuk tetap berada di dalam ruangan,” bunyi pernyataan militer Sudan seperti dikutip AFP (15/4).
Militer Sudan menuturkan pasukannya juga tengah mengejar milisi RSF yang masih berkeliaran di ibu kota dan menduduki gedung-gedung pemerintah.
Video yang disebar militer Sudan memperlihatkan jet-jet tempur terbang di atas Khartoum. Suara tembakan juga terus terdengar di penjuru ibu kota.
Seorang jurnalis Reuters melihat meriam dan kendaraan lapis baja dikerahkan di jalan-jalan ibu kota hingga mendengar tembakan senjata berat di dekat markas tentara dan RSF.
Dokter mengatakan bentrokan telah terjadi di lingkungan perumahan dan warga sipil terluka.
Bentrokan juga terjadi di markas besar TV pemerintah Sudan, kata seorang pembawa acara yang muncul di layar secara singkat.
RSF merupakan sebuah kelompok paramiliter berpengaruh di Sudan yang dibentuk sejak perang Darfur tahun 2013 dan dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamdan Daglo, yang dikenal dengan nama ‘Hemedti’.
Hemedti telah menempatkan dirinya di barisan terdepan dalam menentang transisi pemerintahan yang direncanakan menuju negara demokrasi.
Hemedti bersumpah para pejuangnya akan terus berperang sampai “semua pangkalan militer direbut.”
“Kami tidak akan berhenti berperang sampai kami merebut semua pangkalan militer dan anggota angkatan bersenjata yang terhormat bergabung dengan kami,” kata Daglo kepada Al Jazeera.
Pertempuran berkecamuk sejak Sabtu pagi antara tentara reguler dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter yang dipimpin oleh Daglo.
Sejak Juli 2019, Sudan berada dalam situasi peralihan dari pemerintahan yang dipimpin oleh militer menuju pemerintahan sipil demokratis. (hanoum/arrahmah.id)