HAVANA (Arrahmah.com) – Ribuan warga Kuba menggelar aksi demo besar-besaran dari Havana ke Santiago karena kecewa dengan kinerja pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. Para demonstran menyerukan agar Presiden Miguel Diaz Canel untuk mundur dari kursi kepresidennan.
Demo tersebut merupakan demo terbesar dalam 3 dekade terakhir. Para demonstran juga menyerukan penderitaan rakyat, kekurangan pangan, serta harga kebutuhan pokok yang melonjak.
Demo telah dimulai pada Senin (12/7/2021) pagi waktu setempat di kota San Antonio de los Banos di barat Kuba, dan di kota Palma Soriano di timur. Jumlah demonstran di kedua tempat itu bisa mencapai ratusan orang.
Dilansir The Guardian pada Senin (12/7), berita demo segera menyebar ke seluruh negeri hingga ibu kota Havana mengundang solidaritas. Ribuan orang di pusat Havana meneriakkan “tanah air dan kehidupan” serta “kemerdekaan”.
“Saya di sini karena kelaparan, karena tidak ada obat, karena pemadaman listrik, karena ada kecurangan di mana-mana,” ujar seorang pria berusia 40-an yang tidak ingin disebutkan namanya karena takut ada tindakan balasan.
“Saya ingin perubahan total: perubahan pemerintahan, pemilihan multipartai, dan berakhirnya komunisme,” tambahnya.
Para demonstran dihadang oleh polisi berseragam dan berpakaian preman, yang menangkap ratusan demonstran dengan menggunakan kekerasan.
kericuhan pun tak dapat dielakkan saat para pemuda yang turut serta dalam demonstrasi mengambil paving yang ada di trotoar untuk dilemparkan ke petugas polisi. Sementara polisi menggunakan semprotan merica dan memukuli para demonstran dengan tongkat mereka.
“Kami di sini karena kami lapar dan miskin. Kami tidak punya makanan. Kami tidak punya apa-apa,” kata Yusniel Pérez (17) yang memegang batu di kedua tangannya.
Pada pukul 3 sore waktu setempat semua saluran televisi diinterupsi dengan siaran dari Presiden Miguel Díaz-Canel yang mengatakan bahwa “destabilisasi di negara kita” akan disambut dengan “respons revolusioner”.
“Kami menyerukan semua revolusioner negara, semua komunis, untuk turun ke jalan,” serunya menantang.
Tak lama setelah itu, aksi kejar-kejaran “kucing-tikus” pun terjadi, di mana demonstran anti-pemerintah yang lebih muda mencoba untuk menduduki sejumlah bangunan penting di ibu kota. Namun, diblokade oleh pendukung pemerintah yang lebih tua, pasukan keamanan dan tentara. (rafa/arrahmah.com)