JAKARTA (Arrahmah.com) – Pengamat mengatakan, dikhawatirkan deklarasi menyangkut masa depan Palestina dan masjid Al Aqsha akan bernasib sama seperti deklarasi-deklarasi sebelumnya yang tidak berdampak apa-apa dan akhirnya dilupakan bila negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) tidak menindaklanjuti resolusi dan deklarasi KTT luar biasa dengan melakukan langkah kongkret yang lebih terukur dan bertahap.
“Tanpa langkah kongkret, saya ragu Deklarasi Jakarta mempunyai arti yang penting dan jangan bernasib sama dengan deklarasi sebelumnya yang hilang lagi, dan orang lupa lagi,” kata Ali Munhanif, staf pengajar politik Timur Tengah di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, lansir BBC Indonesia, Selasa (7/3/2016) .
“Misalnya saja dibuat time frame dan secara bertahap memberi tekanan yang terukur, sebutlah, penghentian pembangunan pemukiman di Tepi Barat, atau dihentikannya konflik Hamas-Israel dalam sekian waktu,” tambahnya.
KTT luar biasa OKI di Jakarta yang berakhir pada Senin (7/3) sore, melahirkan dua deklarasi yang intinya menguatkan tekanan kepada Israel terkait masa depan Palestina.
Selain mendukung penghidupan kembali proses perdamaian Palestina-“Israel”, peserta KTT menyerukan ‘penguatan tekanan kepada “Israel”, termasuk boikot terhadap produk “Israel” yang dihasilkan di wilayah pendudukan’.
Dalam keterangan pers bersama Sekjen OKI Iyad Ameen Madani dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Jokowi mengatakan OKI memiliki kepentingan untuk menguatkan tekanan kepada Israel, termasuk boikot atas produk Israel yang dihasilkan di wilayah pendudukan.
Menanggapi soal ini, Ali mengatakan, ajakan memboikot produk Israel itu lebih sebagai tekanan ketimbang bertujuan untuk menutup langkah perdamaian Palestina-Israel.
“Harapan saya boikot itu tidak berdampak pada pemutusan hubungan sama-sekali dengan Israel, tetapi tekanan terhadap Israel,” kata Ali.
Lagi pula, lanjutnya, nyaris tidak ada hubungan dagang atau hubungan diplomatik tingkat tinggi di antara negara-negara OKI dengan “Israel”.
“Kecuali hanya lima negara Islam yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel,” tambahnya. (azm/arrahmah.com)