DENPASAR (Arrahmah.id) – KTT Group 20 dibuka pada Selasa (15/11/2022) dengan seruan untuk mengakhiri perang di Ukraina, saatnya para pemimpin dunia berkumpul untuk berdiskusi tentang pemulihan ekonomi global yang kesulitan setelah pandemi virus corona dan dampak konflik di Eropa.
G20, yang terdiri dari 19 negara bagian dan UE, menyumbang lebih dari 80 persen PDB dunia, 75 persen perdagangan internasional, dan 60 persen populasinya. Grup ini mencakup negara-negara mulai dari Brasil hingga Arab Saudi.
Indonesia, yang tahun ini memegang jabatan bergilir kepresidenan G20, menjadi tuan rumah KTT di Bali pada 15-16 November, dengan dihadiri 17 pemimpin G20 dan kepala negara undangan lainnya serta organisasi internasional.
Presiden Joko Widodo, yang menyerukan dialog sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada akhir Februari, membuka pembicaraan dengan imbauan untuk mengakhiri perang di Eropa.
“Kita tidak punya pilihan lain. Paradigma kolaborasi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan dunia. Kita semua memiliki tanggung jawab, tidak hanya untuk rakyat kita, tetapi juga untuk rakyat dunia,” kata Widodo dalam sambutan pembukaannya.
“Bertanggung jawab di sini juga berarti kita harus mengakhiri perang. Jika perang tidak berakhir, akan sulit bagi dunia untuk bergerak maju. Jika perang tidak berakhir, akan sulit bagi kita untuk bertanggung jawab atas masa depan generasi sekarang dan generasi mendatang.
“Kita seharusnya tidak membagi dunia menjadi beberapa bagian. Kita tidak boleh membiarkan dunia jatuh ke dalam perang dingin lainnya,” tambahnya sebelum para pemimpin dunia memulai diskusi tertutup.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang muncul dalam pidato video pada hari pertama KTT, mengatakan kepada para pejabat bahwa perang Rusia harus diakhiri sekarang.
“Saya yakin sekaranglah saatnya perang destruktif Rusia harus dan dapat dihentikan,” kata Zelensky, berbicara kepada hadirin dalam bahasa Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin tidak hadir, karena ia telah membatalkan partisipasinya dan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.
Invasi ke Ukraina “dikutuk keras” oleh “sebagian besar” anggota G20, menurut draf deklarasi, seperti dilansir kantor berita Reuters.
Kemungkinan komunike terakhir dari KTT telah dipertanyakan, karena perang kemungkinan akan mempengaruhi dokumen yang harus diadopsi oleh semua anggota G20. Pertemuan para menteri yang mewakili mereka gagal menghasilkan konsensus pada bulan Juli, karena para pejabat tidak menyetujui alasan krisis saat ini. (zarahamala/arrahmah.id)