WASHINGTON (Arrahmah.com) – Para peneliti dari militer AS telah mengklaim bahwa ketidakakuratan dan ketidakprofesional pelaporan dari operator pesawat tanpa awak AS merupakan penyebab terjadinya serangan rudal yang menewaskan 23 warga sipil Afghanistan pada bulan Februari lalu.
Empat perwira Amerika -dua orang perwira senior di antaranya- menerima teguran resmi atas insiden tersebut. Hal ini disampaikan dalam sebuah pernyataan militer setelah dirilisnya laporan peneliti pada hari Sabtu (29/5).
Jenderal Stanley McChrystal, komandan Amerika Serikat dan NATO di Afghanistan, meminta Angkatan Udara untuk menyelidiki tindakan awak yang terlibat dalam insiden ini.
“Misi kami yang paling penting di sini adalah untuk melindungi orang-orang Afghanistan,” bualnya kepada wartawan.
McChrystal harus meminta maaf kepada Hamid Karzai, presiden Afghanistan, tak lama setelah serangan.
“Pembunuhan dan mencederai warga sipil secara tidak sengaja sangat memilukan dan mengurangi kepercayaan diri dan keyakinan dalam melaksanakan misi kami ini. Kami akan melakukan semua yang mampu kami lakukan untuk mendapatkan kembali kepercayaan itu,” lanjutnya.
Diungkapkannya laporan kepada publik merupakan strategi basi AS dalam rangka melawan kemarahan yang meningkat di Afghanistan atas jatuhnya korban sipil tersebut.
Serangan mematikan itu terjadi pada tanggal 21 Februari setelah predator tak berawak AS yang dikendalikan oleh kru di pangkalan Angkatan Udara Creech, Nevada, melihat tiga kendaraan di jalan raya provinsi Uruzgan sekitar 12 kilometer dari tempat pasukan khusus AS dan tentara Afghanistan melakukan pelacakan, ungkap laporan itu.
Karena merasa curiga, maka sang komandan memerintahkan serangan darat dan helikopter AS menembakkan rudal terhadap kendaraan.
Buruknya fungsi pos-pos komando ini dinilai gagal dalam menyediakan bukti dan analisis bahwa kendaraan itu bukan ancaman musuh, Mayor Jenderal Timothy McHale menulis.
McHale juga mengecam komandannya karena gagal untuk melaporkan bukti korban sipil selama hampir 12 jam setelah serangan, sehingga menyulitkan militer AS untuk melakukan konfirmasi.
Pembunuhan warga sipil ‘tak disengaja’ oleh pasukan NATO ini sebetulnya bukan hal yang baru. Dan hal ini pula yang telah menyebabkan krisis hubungan antara pemerintah Afghanistan dan sekutu internasional.
Strategi baru yang dirumuskan oleh McChrystal dalam perang AS di Afghanistan yang memfokuskan pada minimalisasi korban sipil ternyata juga tidak pernah terealisasi. Lebih dari itu, kian hari, rakyat Afghanistan kian terancam dengan terus bertambahnya pasukan salibis yang sengaja dikirimkan Obama untuk melancarkan agendanya di Afghanistan.
PBB mengatakan sedikitnya 2.412 warga sipil tewas dalam konflik Afghanistan pada tahun 2009, jumlah ini meningkat 14 persen dari tahun sebelumnya. (althaf/alj/arrahmah.com)