JAKARTA (Arrahmah.com) – Sebuah hasil investigasi yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam, sebagaimana yang disampaikan anggota tim investigasi, Munarman SH dalam diskusi di FKSK oleh FUI kemarin; menjelaskan bagaimana terjadinya terorisasi latihan kemiliteran anggota FPI di Aceh. Hasil investigasi ini pun akhirnya menjelaskan bagaimana keterkaitan antara terorisasi latihan militer di Aceh tersebut dengan latihan kemiliteran yang dilakukan di Mako Brimob, Kelapa Dua Depok.
Berikut rinciannya:
Desember 2008
Israel melakukan agresi terhadap Gaza untuk yang kesekian kalinya. Dalam serangan agresi itu, Israel menggunakan bom phosphor dan senjata kimia lainnya yang melanggar hukum internasional. Atas serangan agresi membabi-buta tersebut dunia merespon dengan mengeluarkan kecaman.
Dunia Islam khususnya memberikan reaksi keras atas agresi tersebut. FPI sebagia ormas Islam yang berkedudukan di Indonesia merespon dengan mengumumkan pembukaan posko-posko untuk pendaftaran mujahidin guna dikirim ke Gaza.
Januari 2009
FPI Aceh sebagai salah satu ujung tombak organisasi menjadi salah satu pelaksana dari program rekrutmen mujahidin tersebut. Secara resmi,DPD FPI Aceh membuka posko pendaftaran pada tanggal 10 Januari 2009, bertempat di mushalla Nurul Muttaqin, desa Bathoh Banda Aceh dan Pondok Pesantren Daarul Mujahidin untuk dilatih dan kemudian bila memenuhi kriteria dan sesuai kemampuan yang dimiliki organisasi akan diberangkatkan ke Gaza.
Pelatihan tersebut berlangsung terbuka dan mendapat liputan dari media lokal. Instruktur dalam pelatihan tersebut adalah seorang yang menawarkan diri untuk menjadi pelatih, yaitu Sofyan Asauri, diserter polisi yang pernah bertugas di Polda Jabar.
Februari 2009
Para peserta pelatihan di Aceh, yang berjumlah sekitar 67 orang, 15 orang di antaranya datang ke Jakarta untuk persiapan berangkat ke Gaza. (Munarman menjelaskan bahwa semua biaya akomodasi peserta dari mulai perjalanan Aceh – Jakarta hingga tinggal di Jakarta dibiayai oleh Sofyan Asauri)
15 Februari 2009, sebagian peserta pelatihan di Aceh yang tengah berada di Jakarta, secara individual tanpa diketahui pimpinan rombongan pergi ke Depok untuk menemui mantan pelatih mereka, yaitu Sofyan Asauri.
21 Februari 2009, selesai persiapan untuk keberangkatan ke Gaza yang ditunda karena berbagai alasan. Salah satunya serangan Israel ke Gaza telah berhenti. Para mujahidin diminta untuk pulang terlebih dahulu ke Aceh, menunggu instruksi dan perkembangan situasi di Gaza lebih lanjut.
Dari 15 orang mujahidin yang datang ke Jakarta, 5 orang pulang ke Aceh dan 10 orang secara diam-diam, tanpa pemberitahuan ke DPP FPI, pergi ke Depok, rumah tempat tinggal Sofyan Asauri yang juga mantan pelatih mereka di Aceh.
10 orang tersebut tinggal selama lebih kurang satu bulan di rumah Sofyan Asauri dengan biaya yang sepenuhnya ditanggung oleh Sofyan Asauri, termasuk uang saku dan biaya makan serta kebutuhan lainnya.
Februari – Maret 2009
Selama kurun waktu Februari hingga akhir Maret 2009, 10 orang yang berasal dari Aceh tersebut dilatih dan diindoktrinasi oleh Sofyan Asauri. Adapun salah satu bentuk indoktrinasi tersebut adalah membolehkan cara-cara perampokan untuk membiayai jihad, menyebarkan kebencian dan permusuhan semata-mata atas dasar orang asing.
Adapun pelatihan yang diberikan adalah melakukan pelatihan menembak dengan menggunakan peluru tajam (peluru asli) di dalam markas komando Brimob Kelapa Dua, Depok. Masing-masing peserta pelatihan diberikan sekitar 30 hingga 40 butir peluru tajam untuk latihan menembak tersebut.
Peserta latih juga diberikan uang saku per minggu selama proses pelatihan tersebut.
Dari informasi yang didapat peserta latih, Sofyan Asauri ini secara sengaja meletakkan surat pemecatan dari kepolisian untuk dibaca oleh peserta latih, yang berisi bahwa yang bersangkutan dipecat karena terlibat dalam kegiatan jihad, melakukan poligami dan jarang masuk kerja.
Januari 2010
6 orang dari 10 orang yang mengikuti pelatihan di Depok tersebut, ikut serta dalam pelatihan militer di Jantho Aceh Besar. Pelatihan kali ini pun difasilitasi oleh Sofyan Asauri.
Februari 2010
Pelatihan militer di Jantho Aceh Besar disergap oleh aparat keamanan.
Mei 2010
Pelatihan militer di Jantho Aceh Besar dihubungkan dengan penggerebekan kelompok Dulmatin di Pamulang dan diekspos oleh kepolisian dan media massa sebagai pelatihan untuk persiapan kegiatan terorisme.
(Seperti diberitakan media massa, selain Sofyan Asauri, polisi juga menangkap anggota polisi lain yang ikut dalam pelatihan tersebut. Antara lain, Brigadir Satu Tatang Mulyadi dan Brigadir Satu Abdi Tunggal dari satuan logistik bagian gudang senjata.
Dalam kasus logistik kemiliteran yang dimiliki Polri, Pengamat intelijen, Mardigu W Prasantyo, dalam diskusi di FUI kemarin, mengungkapkan ketidakmungkinannya logistik Polri bisa digunakan untuk kegiatan di luar kepolisian apalagi kegiatan terorisme, tanpa adanya izin dari pihak-pihak yang berwenang di Kepolisian). (era/arrahmah.com)