LAMONGAN (Arrahmah.com) – Keji, itulah gambaran penyerangan sadis dan brutal gerombolan preman kepada para aktivis Islam di Lamongan Ahad(11/8/2013). Mukhlis adalah gembong narkotik dan para preman itu. Dia memberi imbalan uang 200 ribu rupiah dan pil anjing atau pil koplo, yang membuat orang mabuk untuk menyerang dan membunuh aktivis Muslim.
Sehari setelah meletusnya penyerangan sekelompok preman kepada aktivis Islam di Lamongan, dua orang anggota JITU (Jurnalis Islam Bersatu) turun meliput lapangan Senin (12/8/2013). Kedua jurnalis itu adalah Fajar Shadiq dari annajah.net dan Hamdan Arif dari kiblat.net. Berikut penjelasan kronologi peristiwa yang berhasil mereka himpun dari lapangan.
-
Saat malam takbiran, Arif, seorang aktivis Islam yang melintas bersama seorang temannya di depan sebuah rental Play Station (PS) di daerah Blimbing, diludahi oleh oknum preman berjuluk Agus alias Athuk. Arif berhenti untuk menanyakan sebab mengapa mereka diludahi. Bukannya dijawab baik-baik, Atuk CS malah mentertawakannya.
Athuk adalah ABG, anak seorang juragan ikan bernama Sis alias Koyek. Sebelumnya ia pernah terlibat pembacokan terhadap salah seorang aktivis. Namun masalahnya selesai setelah ayahnya memintakan maaf. Sedangkan rental PS dikenal sebagai tempat kongkow-kongkow para preman.
-
Mendengar Arif diperlakukan seperti itu, beberapa orang aktivis Islam mencari Athuk di tempat rental PS. Yang bersangkutan sudah tidak ada.
-
Malam itu juga sekelompok orang dengan tutup muka mendatangi rental PS, dan menyerang beberapa orang yang ada di tempat itu. Tidak jelas siapa kawanan bertopeng tersebut.
-
Korban penyerangan di rental PS dibawa ke PKU Muhammadiyah. Peristiwa ini dilaporkan ke Polisi.
-
Setelah itu, terjadi upaya mobilisasi massa dari untuk menyerang kelompok aktivis Islam yang dilakukan oleh kelompok preman dengan Mukhlis sebagai tokohnya. Di masyarakat setempat, Mukhlis dikenal sebagai bandar narkoba.
-
Gagal memprovokasi massa, kelompok Mukhlis mengumpulkan preman. Para preman tersebut menyerang basis aktivis Islam di Blimbing. Penyerangan terjadi Ahad malam, 11 Agustus sekitar pukul 23:30 WIB. Saat menyerang para preman meneriakkan yel “Bunuh PKI”.
-
Salah satu rumah yang diserang adalah Zen, yang disebut-sebut sebagai pelaku penyerangan di PS setelah insiden peludahan Arif. Padahal, Zen saat kejadian sedang berada di rumah bersama istrinya.
-
Gagal mendapatkan Zen, sekelompok preman itu kemudian membacok Sundari, istri Zen, mengakibatkan belasan luka di tubuhnya. Setelah penyerangan, Sundari dibawa ke RS PKU Muhammadiyah.
-
Dalam penyerangan itu, 2 motor dibakar. Salah satunya milik Saeful, tokoh aktivis Islam setempat.
-
Malam itu juga, kelompok aktivis Islam mengadakan serangan balik. Di antara yang mereka sasar adalah rumah Mukhlis, bandar narkoba. Namun Mukhlis sudah lari.
-
Gagal mendapatkan Mukhlis, para aktivis Islam berhasil menangkap 2 orang anggota preman. Kedua orang itu mengakui disuruh Mukhlis untuk menyerang dengan imbalan Rp. 200 ribu dan sejumlah pil koplo.
-
Senin 12 Agustus pukul 04:00 WIB, Polisi mendatangi lokasi kelompok aktivis Islam yang diserang. Saat itu puluhan aktivis Islam yang lelah semalaman berjaga-jaga sedang tidur-tiduran di mushola usai shalat Subuh.
-
Dengan dalih mau didamaikan, 42 orang di dalam mushola tadi diangkut ke Mapolres Lamongan. Di antara mereka adalah jamaah shalat Subuh yang tidak tahu-menahu proses bentrok kedua massa ini.
-
Selasa, 13 Agustus, 42 aktivis Islam dan 2 preman yang diamanan Polisi, diboyong ke Mapolda Jatim.
Sumber dari Asoum
Sementara itu Aliansi Solidaritas untuk Muslim (Asoum) dalam rilisnya menyebutkan bahwa dalam bentrokan Lamongan korban luka akibat bacokan preman ada 3 orang perempuan.
Gerombolan preman mabuk tidak berhasil menemukan anggota FPI yg dicari. Lantas mereka melukai istri/ ibu2 yg ada di rumah tersebut. Hasilnya pertama, istri Zein luka bacok di punggung serta lengan kiri dan kanan. Kedua istri Arif luka sobek di tangan. Ketiga istri Yazid.
Adapun korban trauma psikis adalah ibunda Yazid yang pingsan karena shock, dan anak-anak mengalami trauma.
(azmuttaqin/arrahmah.com)