Oleh Lilis Holisah,
Pendidik Generasi di HSG SD Khoiru Ummah Ma’had al-Abqary Serang – Banten
(Arrahmah.com) – Sebuah video yang diunggah di Youtube yang berjudul, ‘Spesial: Kristenisasi Terselubung di Car Free Day Jakarta’ menjadi pemberitaan yang heboh awal November. Video tersebut diunggah pada tanggal 3 November 2014. Video tersebut membeberkan fakta terkait adanya upaya kristenisasi terselubung di Car Free Day Jakarta, 2 November 2014, yang dilakukan oleh sebuah komunitas di Jakarta.
Komunitas tersebut membagi-bagikan sejumlah barang-barang kepada pengunjung. Barang-barang tersebut meliputi kalung bergambar merpati, biskuit bertuliskan ‘sudah genap’, permen, pin bertuliskan I’m Saved (Saya terselamatkan) dan sejumlah barang lainnya. Barang-barang yang dibagikan tersebut sarat dengan makna ajaran kristen. Gambar burung merpati pada kalung adalah simbol kasih dalam ajaran kristen. Tulisan ‘sudah genap’ dalam biskuit ternyata adalah ungkapan yang ada di dalam kitab Injil. Meski mereka mengelak bahwa kegiatan tersebut didekingi gereja, namun di akhir video tersebut, ada kejadian yang menguatkan bahwa aktivitas teraebut adalah kristenisasi, ketika ada seorang relawan yang menemui seorang nenek dan mensugesti si nenek bahwa jika percaya Tuhan Yesus maka ia akan terselamatkan. Begitulah upaya kristenisasi ini berlangsung tanpa disadari oleh pengunjung yang menjadi targetnya. Kebanyakan target kristenisasi ini adalah anak-anak muda, para remaja, mereka diberikan barang-barang tanpa mengerti apa maksudnya.
Upaya serupa juga ternyata tidak hanya terjadi sekitar Jalan Thamrin-Sudirman Jakarta saat Car Free Day (Hari Bebas Kendaraan Bermotor), namun juga terjadi di tempat umum lainnya seperti terminal Kampung Rambutan Jakarta.
Diskriminasi demokrasi
Upaya kristenisasi/pemurtadan di Indonesia memang marak. Modus yang dipakai biasanya melalui pernikahan, bantuan kemanusiaan, pemberian beasiswa, dan lain-lain. Modus pernikahan telah memakan banyak korban. Kita menolak lupa betapa banyak artis yang terjerumus keluar dari agama Islam (murtad) karena menikah dengan orang kristen. Sebut saja Asmirandah, Pinkan Mambo, Rianti Rhiannon Cartwright, dll.
Maraknya aktivitas kristenisasi ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, namun juga terjadi di daerah lainnya. Biasanya misionaris membidik orang-orang yang secara ekonomi pas-pasan dan membutuhkan bantuan. Misionaris masuk melakukan kristenisasi biasanya dengan modus memberikan bantuan. Apakah bantuan pembagian makanan, atau bisa juga dengan memberi bantuan beasiswa kepada siswa tidak mampu. Hal ini pernah terjadi di daerah Anyer Kabupaten Serang. Ketika itu, kaum misionaris yang berlindung dalam Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), memberi beasiswa kepada anak-anak tidak mampu untuk bersekolah di sekolah Kristen dengan perjanjian anak tersebut harus mengikuti seluruh aturan sekolah termasuk ritual ajaran Kristen. Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) juga memberikan bantuan buku-buku pelajaran dimana buku-buku pelajaran tersebut di dalamnya memuat gambar-gambar ajaran Kristen. Namun para Ulama Anyer saat itu mencium upaya kristenisasi ini, sehingga bisa dicegah.
Pemurtadan yang terjadi di negeri ini sudah akut, namun negara tidak berupaya mencegahnya. Negara membiarkan aktivitas tersebut terus berlangsung. Pembiaran aktivitas pemurtadan merupakan gambaran nyata demokrasi mendiskriminasi mayoritas muslim. Umatpun akan semakin tidak berdaya untuk menghentikan aktivitas ini bila RUU Kerukunan Umat Beragama diberlakukan, karena akan dianggap mengganggu kerukunan umat beragama.
Khilafah melindungi umat
Negara ini telah gagal menjalankan tugas dan fungsi sebagai pelayan dan pelindung umat. Negara yang seharusnya berkewajiban melindungi aqidah umat, malah membiarkan upaya pemurtadan berlangsung di mana-mana. Kegagalan negara dalam mengurusi urusan umat ini disebabkan oleh dua faktor utama, yakni pemimpinnya yang tidak amanah serta buruknya sistem yang dipakai untuk mengatur negeri ini yakni sistem sekuler – demokrasi. Oleh karena itu, bila benar-benar diinginkan perbaikan, dan umat terjaga akidahnya, maka tidak bisa tidak sistem yang telah gagal itu harus dibuang. Sebagai gantinya adalah sistem yang bersumber dari Dzat Yang Maha Benar, yang Maha Tahu sehingga tidak mungkin gagal, yakni Syariah Islam. Juga harus dihadirkan pemimpin yang baik, yang mau tunduk pada syariah dan memimpin dengan penuh amanah.
Bahwa di sinilah pentingnya seruan “Selamatkan Indonesia dengan Syariah dan Khilafah”, Karena hanya dengan penerapan Syariah secara kaffah di bawah naungan Khilafah sajalah, seluruh aspek kehidupan rakyat dan negara ini dapat diatur dengan sebaik-baiknya. Umat pun merasa tentram, terlindungi, terjaga akidahnya. Oleh karena itu, penting bagi seluruh komponen umat, untuk bersungguh-sungguh dengan penuh keikhlasan dan kesabaran memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah di negeri ini.
Karena hanya Khilafah yang akan menjaga akidah umat dengan penjagaan yang menyeluruh. Wa Allahu ‘alam. (arrahmah.com)