YANGON (Arrahmah.com) – Myanmar mengirim delegasi tingkat tinggi segera ke kamp-kamp pengungsi di Bangladesh untuk menjelaskan kepada ratusan ribu Muslim Rohingya bagaimana mereka bisa pulang, kata Duta Besar Myanmar untuk PBB, Senin (2/7/2019).
Sekitar 740.000 Muslim Rohingya melarikan diri dari penumpasan militer Myanmar pada tahun 2017 di negara bagian Rakhine dan tinggal di kamp-kamp di Cox’s Bazar. Banyak pengungsi mengalami trauma, memberikan laporan tentang pemerkosaan, pembunuhan massal, dan penghancuran desa.
Duta Besar Myanmar untuk Bangladesh, Hau Do Suan, mengatakan dalam pertemuan Majelis Umum PBB bahwa pemerintahnya akan “mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Cox’s Bazar segera, pada akhir Juli, untuk menjelaskan kepada para pengungsi tentang pengaturan yang dibuat untuk repatriasi dan relokasi mereka.”
Dia mengatakan sekitar 30.000 Rohingya telah meminta untuk kembali, di antaranya sekitar 13.200 telah diverifikasi sebagai mantan penduduk dan “dapat kembali ke Rakhine kapan saja”.
Myanmar telah menghadapi tekanan internasional agar mengizinkan Rohingya kembali ke Rakhine dan memberikan mereka hak kewarganegaraan.
PBB telah mengeluhkan bahwa kemajuan untuk mengatasi krisis pengungsi terlalu lambat.
“Satu-satunya solusi yang layak bagi para pengungsi adalah repatriasi yang aman, sukarela, dan bermartabat ke Myanmar,” kata utusan PBB untuk Myanmar, Christine Schraner-Burgener.
“Dan tanggung jawab utama untuk menciptakan kondisi yang kondusif di Rakhine terletak pada Myanmar.”
Dia mengatakan bahwa “langkah pertama” untuk mengatasi krisis Rakhine adalah menghentikan pertempuran sengit dengan Tentara Arakan (AA), sebuah kelompok yang mendorong otonomi lebih besar bagi etnis Buddha di negara bagian itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menggambarkan sebagai pengusiran massal Rohingya sebagai pembersihan etnis, meski militer Myanmar memberikan pembenaran atas kampanye mereka untuk membasmi pemberontak Rohingya yang melakukan serangan mematikan di pos-pos perbatasan pada Agustus 2017. (Althaf/arrahmah.com)