BEIJING (Arrahmah.com) – Cina tidak menyisakan setitikpun upaya untuk melakukan tekanan terhadap populasi Muslim Uighur di wilayah yang disebut negara Komunis sebagai Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, The New Arab melaporkan pada Senin (9/7/2018).
Daerah yang dikenal dengan sebutan Turkistan Timur oleh 12 juta orang Uighur, adalah sebuah negara merdeka sampai Cina mulai menduduki dan menjajahnya pada tahun 1949.
Selama beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah menggunakan serangkaian tindakan brutal untuk menghapus sisa-sisa budaya Uighur.
Langkah-langkah ini termasuk larangan total terhadap segala bentuk ekspresi Islam di Xinjiang. Cina tidak hanya menutup masjid, tetapi juga telah melarang semua teks Islam, termasuk Al-Quran, sementara nama-nama Muslim juga dilarang, seperti halnya jenggot dan pakaian yang dianjurkan oleh ajaran Islam.
Baru-baru ini, Cina telah mewajibkan semua Muslim Uighur melengkapi sepeda motor dan mobil mereka dengan alat pelacak GPS, sehingga pihak berwenang dapat menemukan Uighur pada saat tertentu.
Bahkan, polisi Cina di provinsi ini telah dilengkapi dengan “kacamata pintar,” yang menggunakan perangkat lunak pengenalan wajah untuk mengidentifikasi Muslim Uighur di kereta api, bus dan di tempat umum lainnya.
Terkait dengan database pusat, “kacamata pintar” dirancang untuk memberi tahu petugas patroli ketika seorang Muslim Uighur telah berpindah melampaui “area aman”-nya, yaitu rumah atau tempat kerja.
Pengukuran garis keras ini hanya berupa puncak gunung es. Muslim Uighur yang menolak menyerahkan identitas Muslim mereka dipaksa Cina untuk mengikuti “kamp pendidikan kembali”, yang dirancang untuk menyuntikkan dogma atheisme, ideologi resmi negaranya. (Althaf/arrahmah.com)