International Jihad Analysis – Dalam sebuah wawancara dengan Tayseer Allouni, dari Al Jazeera pada tanggal 21 Oktober 2001, Syekh Usamah bin Ladin sejak awal telah memprediksi akan terjadinya kegoncangan ekonomi di Amerika Serikat akibat serangan 11 September 2001. Hari ini, dengan idzin Allah, Amerika menerima kenyataan dari prediksi tersebut dengan terjadinya krisis ekonomi yang melanda negara tersebut yang bahkan mengancam keuangan global.
Saat ini pemerintah Amerika Serikat harus mengeluarkan dana sebesar 700 miliar dollar atau sebesar Rp. 6.500 triliun untuk mengambil alih kepemilikan beberapa bank di negara itu yang terlilit kredit macet. Sementara itu, krisis ekonomi yang diawali dengan kredit macet perumahan ini telah mengakibatkan indeks harga saham di bursa Wall Street merosot tajam. Kondisi ini bahkan telah membuat bursa-bursa saham di dunia anjlok dan mengalami keruntuhan. Bursa saham di Eropa dan Asia termasuk yang paling parah, termasuk di Indonesia yang menutup bursa sahamnya hingga dua hari untuk menghindari terjadinya kejatuhan dan kerugian yang lebih besar.
Pertengahan tahun ini saja, pemerintah telah mengambil alih perusahaan Fannie Mae, Washington, dan Freddie Mac, Mc Lean, Virginia. Bulan lalu, bank sentral Amerika telah mengucurkan dana pinjaman sebesar 85 miliar dollar ke American International Group Inc (AIG), perusahaan asuransi terbesar di dunia. Banks sentral Amerika, Citigroup, dan Wells Fargo terus berunding untuk menyelamatkan aset-aset ekonomi di Amerika. Begitu juga dengan lembaga-lembaga keuangan pelbagai negara di dunia yang sibuk untuk menyelamatkan firma keuangan mereka yang terbelit kredit macet perusahaan di Amerika yang telah mengalami kebangkrutan.
Kegoncangan Pasar Modal, Rapuhnya Ekonomi Amerika
Kerugian ekonomi terbesar dari serangan 11 September 2001 dialami oleh Bursa Efek di New York, di mana pasar transaksi perdagangan Amerika dalam sehari mengalami kerugian sebesar 500 milyar dollar, berarti setengah triliun. Siapa menyangka, secara perlahan namun pasti, kegoncangan pasar modal Amerika pasca serangan 11 September 2001 terus berlanjut dan kini mulai menampakkan dampaknya.
Amerika bukan pertama kali mengalami krisis keuangan yang disebabkan kegoncangan pasar modal. Pada tahun 1929 nilai saham di Amerika berjatuhan dan menimbulkan depresi ekonomi yang sangat parah yang dikenal dengan The Great Depression atau “Depresi Besar” yang mengakibatkan kemelaratan, kelaparan, dan kesengsaraan.
Sayangnya, Amerika tidak mengambil pelajaran atas krisis keuangan yang menimpa mereka. Pola kehidupan mewah, serakah, dan lupa kepada Robb yang menciptakan mereka, membuat mereka sombong dan meneruskan sistem keuangan ribawi yang bertumpu pada pasar modal. Amerika kembali dihantam serangan pada sistem ekonomi pasar modal mereka. Pada Oktober 1987, indeks harga saham di New York kembali anjlok 22 % dalam sehari. Secara global, krisis keuangan juga terjadi di bulan yang sama, Oktober tahun 1997, dimana harga-harga saham di pasar-pasar modal (bursa efek) utama berjatuhan secara dramatis. Awalnya terjadi di Hongkong, lalu merembet ke Jepang, terus ke Eropa, dan akhirnya sampai ke Amerika. Anjloknya harga saham tersebut terjadi secara berurutan dari satu negeri ke negeri yang lain, sebagaimana ‘efek domino’. Kini, juga di bulan yang sama, yakni bulan Oktober tahun 2008, krisis keuangan global kembali terjadi, dimulai dari Amerika, merembet ke Eropa, dan akhirnya juga melanda Asia. Sebuah fenomena yang menunjukkan betapa rapuhnya sistem perekonomian dunia (yang dikomandoi oleh Amerika) melalui pasar modal atau bursa efek.
Amerika dan pemerintahan-pemerintahan yang menerapkan sistem ekonomi yang sama (kapitalis) saat ini sibuk menggelontorkan dana mereka untuk menyelamatkan mesin ekonomi yang mengalami kemacetan. Bank Sentral Amerika mengucurkan dana sekitar US$ 80 miliar untuk American International Group Inc agar tidak bangkrut.
Konggres dan pemerintahan mereka mereka juga menyetujui pengucuran dana talangan sebesar US$ 700 miliar (sekitar Rp. 6.500 triliun) untuk mengambil alih perusahaan dan institusi keuangan mereka yang terlilit krisis kredit macet sektor perumahan.
Sendi kehidupan vital orang Amerika benar-benar mengalami pukulan di saat mereka tuli. Amerika hari ini benar-benar menyaksikan kondisi siaga keamanan yang akan merubah kehidupan serba mewah orang Amerika menuju neraka yang tak tanggung-tanggung.
Kalau dulu Amerika mengeluarkan keputusan-keputusan untuk memberlakukan embargo ekonomi terhadap negara ini atau itu, maka hari ini kita saksikan Amerika malah memerlukan negara-negara yang dulu di embargo ekonominya untuk membantunya keluar dari musibah ini. Ia mulai menadahkan tangannya kepada berbagai negara dan rakyatnya agar mereka sudi membantunya.
Kerapuhan perekonomian Amerika juga sudah mulai terlihat ketika defisit yang terus menerus menimpa neraca perdagangan mereka yang mengakibatkan jatuhnya harga dollar secara dramatis, tanpa ada intervensi di tahun 1987. Pada pedagang saham segera beramai-ramai menjual sahamnya dan mengakibatkan kerugian internasional yang mencapai lebih dari 200 milyar dollar AS dalam beberapa jam saja. Hal ini diawali berkurangnya cadangan emas Amerika hingga hanya mencapai 50 trilyun dolar AS pada tahun 1970. Amerika sudah tidak mampu lagi mengkonversi dollar menjadi emas bila ada permintaan, hingga akhirnya hapuslah keterkaitan dollar dengan emas dan mulai diberlakukannya secara paksa mata uang dollar sebagai sistem mata uang dunia.
Dengan sangat sombongnya, seorang penasihat Clinton untuk keamanan nasional dalam sebuah pidatonya tanggal 21 September 1993 mengatakan :
“Kita harus menyebarkan demokrasi dan ekonomi pasar bebas, karena hal ini akan dapat menjaga kepentingan-kepentingan kita, memelihara keamanan kita, dan sekaligus mendemonstrasikan nilai-nilau anutan kita, nilai-nilai Amerika yang luhur.”
Kesombongan dan kedzaliman Amerika itu dijawab oleh Syekh Usamah bin Ladin melalui 19 orang Pemuda Pemberani dari umat Islam dalam sebuah aksi heroik pada tanggal 11 September 2001. Dengan runtuhnya gedung pusat perekonomian ribawi mereka, WTC, maka runtuh pulalah kesombongan mereka, terbongkarlah betapa rapuhnya sistem keamanan mereka, dan betapa rapuhnya sistem perekonomian mereka. Kini, setelah 7 tahun dari peristiwa tersebut, dunia betul-betul menyaksikan karomah dari peristiwa 11 September 2001.
Serangan 11 September dan Hancurnya Sebuah Tirani
Perekonomian Amerika, salah satu pilarnya bersandar kepada opini keamanan, yang selama ini menganggap Amerika dibentengi berbagai pelindung di sekitarnya serta tidak akan terpengaruh oleh gejolak dunia. Tidak ada seorang pun yang berfikiran bahwa Amerika bisa diserang dan perekonomian mereka bisa ambruk. Mereka menyihir dunia dan sesumbar dengan mengatakan memiliki pasukan kucing sebagai mata-mata dan memiliki pesawat-pesawat sebesar lebah sebagai mata-mata. Omong kosong dan kebohongan Amerika ini dibuktikan oleh keikhlasan seorang Syekh Usamah bin Ladin melalui serangan 11 September. Berikut peryataan beliau, sebulan setelah serangan 11 September :
Saya katakan bahwa kejadian pada hari selasa 11 September di New York dan Washington adalah peristiwa yang besar dalam semua aspek, komentar-komentar yang muncul seputar kejadian tersebut tidak jauh dari hal itu dan kejadian ini masih akan berlanjut. Jika runtuhnya dua menara kembar yang tepat di titik pusat menara merupakan kejadian yang besar maka pertimbangkanlah efek samping yang diakibatkannya setelah itu. Mari kita bicarakan tentang pengaruhnya dalam aspek ekonomi yang masih terasa hingga saat ini. Sesuai dengan daftar yang mereka miliki, bagian dari dinding WTC yang hancur mencapai 16 %. Mereka mengatakan bahwa jumlah (angka) ini adalah sebuah rekor, karena kejadian ini tidak pernah terjadi semenjak pembukaan pasar lebih dari 230 tahun yang lalu. Ini adalah jumlah kehancuran yang besar yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Jumlah kotor perdagangan di bursa efek mencapai 4 trilyun dolar. Lalu jika kita lipat gandakan 16 % dengan 4 trilyun dollar Amerika maka didapatkan keterangan kehilangan yang mempengaruhi persediaan yang mencapai 640 milyar dollar Amerika (atau setara dengan Rp. 5.760 triliun), dengan kehendak dan kemuliaan Allah SWT. Jumlah ini setara dengan neraca keuangan Sudan selama 640 tahun. Mereka telah kehilangan ini karena sebuah serangan yang sukses dengan izin Allah hanya dalam 1 jam terakhir.
Pemasukan perhari bangsa Amerika adalah 20 milyar dollar Amerika. Pada minggu pertama mereka tidak bekerja karena semuanya menderita syok secara psikis atas serangan tersebut, dan bahkan hingga hari ini sebagian dari mereka belum bekerja karena trauma serangan 11 September. Jika kamu melipatgandakan 20 milyar dollar Amerika dalam 1 minggu, maka yang keluar berjumlah 140 milyar dollar Amerika, dan bahkan bisa mencapai lebih besar dari ini. Jika kamu menambahkan 640 milyar dollar Amerika, kita telah mencapai berapa banyak? Rata-rata 800 milyar dollar Amerika. Biaya pembangunan gedung dan konstruksi yang hancur berapa? Mungkin dapat kami katakan lebih dari 30 milyar dollar Amerika. Lalu mereka yang terbakar dalam kejadian ini atau hilang hingga hari ini atau pasangan-pasangan yang terbakar beberapa hari yang lalu? Dari rombongan yang ada di pesawat lebih dari 170.000 pekerja, itu termasuk muatan yang ada di pesawat, perniagaan pesawat, kelompok studi Amerika, dari analisa yang disebutkan bahwa 70 % rakyat Amerika hingga saat ini masih menderita depresi dan trauma psikis setelah kejadian dari 2 menara kembar tersebut serta serangan atas gedung pertahanan Pentagon, puji syukur kepada Allah SWT.
Salah satu hotel terkenal Amerika di kalangan antar benua pun tak luput ikut terbakar dalam kejadian tersebut beserta 20.000 pekerjanya, puji syukur kepada Allah SWT. Orang-orang mengatakan tidak bisa mengkalkulasikan satu persatu kerugian yang mereka derita karena banyaknya korban dan rumitnya kerusakan yang ada, dan bisa jadi skala kerugian yang telah dikalkulasikan sebelumnya lebih meningkat lagi, terima kasih Ya Allah. Bisa kita lihat bahwa jumlah perkiraan kerugian yang terbawah kurang lebih 1 trilyun dolar Amerika. Puji syukur kepada Allah SWT, karena telah mensukseskan secara penuh dan merahmati serangan tersebut. Kami berdo’a kepada Allah untuk menerima saudara-saudara Muslim kita yang menduduki syahid dan menerima mereka untuk dimasukkan pada tingkatan surga yang tertinggi.
Lihat sekarang, Amerika tengah di ujung tanduk krisis keuangan global. Ia seperti sebuah pulau besar yang berada persis di tengah-tengah kekacauan. Hilangnya elemen keamanan dilihat dari hancurnya wibawa negara besar ini, akan terus melahirkan dampak-dampak ekonomi di atas gelombang yang susul menyusul. Perekonomian Amerika mengalami penyusutan-penyusutan berkelanjutan selama setengah abad lalu, dimana semula lebih dari 50 % produksi dunia, kini mengalami penurunan hingga 25 %. Tidak menutup kemungkinan, penyusutan ini akan terus berlanjut selama puluhan tahun ke depan, dan akan terus mempengaruhi nilai tukar dollar.
Sebenarnya, Amerika membutuhkan berlipat-lipat kerugian seperti ini (serangan 11 September) untuk bisa sadar dari mabuk dan keangkaramurkaannya. Serangan-serangan semacam ini mengakibatkan kehancuran ekonomi, berupa kerugian langsung senilai puluhan milliar dollar, dan dalam tempo singkat kerugian akan bertambah hingga bilangan ratusan milliar dollar serta mengarah sampai satu trilyun dollar; artinya seribu milyar dollar lebih, hanya dalam tempo sekejap.
Bangunan WTC berisi minimal 2.000 pegawai yang bekerja di perusahaan dagang, khususnyan pada bursa efek. Ratusan perusahaan raksasa kehilangan pegawai dan file-file dokumennya. Dua bangunan atau menara kembar saat ini bernilai lebih dari 23 Milyar dollar.
WTC atau menara kembar adalah pusat kekuatan keungan Yahudi terbesar di dunia. WTC bisa juga disebut sebagai pusat bisnis kapitalis amerika. Di gedung kembar jangkung dan gedung-gedung di sekitarnya berputar miliaran dollar dana di dunia. Kompleks WTC disewa tidak kurang dari 430 perusahaan dari 28 negara termasuk AS. Setiap harinya tidak kurang dari 50.000 pekerja dan 140.000 pengunjung memadatinya. Pusat Finansial dan perbankan mendominasi pemakaian gedung modern tersebut, seperti East River Savings Bank, World Financial Center, 90 West Street, Bankers Trust, Marriot Hotel, Gereja Santo Nicholas, juga gedung federal. Tapi yang sangat penting adalah keberadaan dua firma keuangan terbesar dunia milik zionis yahudi, Goldman-Sachs dan Solomon Brothers yang keduanya berkantor persis di gedung kembar WTC. Sejumlah instansi pemerintahan yang terkait uang dan kerahasian juga menyewa ruangan di sana, seperti Internal Revenue Regional Council, U.S. Secret Service, American Express Bank International, Standard Chartered Bank, juga CIA.
Jadi sangatlah tepat jika Syekh Usamah bin Ladin mentargetkan gedung kembar tersebut sebagai upaya untuk meruntuhkan tirani Amerika atas dunia Islam. Gedung WTC yang dalam operasi 11 September memiliki code name The Faculty of Town Planning adalah sebuah simbol Firaunisme yang dengan kesombongannya telah menzolimi jutaan kaum muslimin, hingga akhirnya luluh lantak akibat serangan 11 September 2001.
Radio Suara Amerika menyatakan bahwa harga dari bangunan-bangunan yang runtuh termasuk dua menara WTC, hingga hari ini mencapai 45 Milyar dollar. Gubernur New York mengatakan bahwa mereka memerlukan waktu enam bulan untuk menghilangkan reruntuhan dan operasi pembersihan dengan beban biaya yang harus dikeluarkan 20 Milyar dollar sebagaimana yang telah dianggarkan khusus oleh Konggres.
Perusahaan asuransi mulai kehabisan akal untuk membayar ganti rugi. Harian Daily New York menyebutkan bahwa biaya ganti rugi yang harus dibayarkan oleh perusahaan asuransi mencapai 25 Milyar dollar. Kejadian ini mengakibatkan 108 ribu orang kehilangan pekerjaan. Dinas perpajakan mengalami kerugian hingga 3 Miliar dollar. Kerugian usaha perhotelan hingga hari ini mencapai 7 juta dollar perhari.
Efek dari serangan 11 September juga merambah ke Eropa. Sebanyak lebih dari 68 ribu karyawan di non-aktifkan, hanya di pabrik pembuatan pesawat di Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan Amerika mengajukan bantuan dana pertama kepada pemerintah sebesar 24 Miliar dollar,
Dalam sidangnya di Brussel, para komisaris perusahaan penerbangan juga menyatakan turunnya penjualan pesawat hingga dua milyar dollar, turunnya penjualan suku cadang pesawat hingga 6.5 milyar dollar di tahun 2002, dan 6,7 milyar dollar di tahun 2003.
Diperkirakan produktivitas dunia secara global mengalami penurunan sebanyak 747 milyar dollar, artinya 2,2 % dari pendapatan dunia tahun 2002 sebagaimana disebutkan dalam laporan yang dipublikasikan Biro Kajian Ekonomi di London. Laporan itu mengatakan bahwa kerugian yang dialami Inggris saja mencapai 20,16 milyar dollar tahun depan. Presenter dari laporan itu, Douglas Makola Mist, mengatakan : “Semua kerugian yang teranalisa ini adalah ketika dalam kondisi tidak ada aksi serangan lain atau reaksi berupa perang, kalau itu terjadi lagi, kerugian akan semakinberlipat ganda.”
Sektor transportasi Amerika akan terkena imbasnya secara langsung. Kekayaan Amerika akan terkuras habis untuk membayar ganti rugi serta untuk anggaran khusus mengadakan persiapan-persiapan militer yang merupakan anggaran nomer satu yang menelan dana 40 milyar dollar. Sementara perekonomian Amerika sebelum terjadinya serangan ini sedang menghadapi kemunduran cukup serius. Semua indikasi yang ada mengisyaratkan bahwa itu akan terus berlanjut dan semakin dalam saja. Jika dibandingkan, krisis ekonomi yang melanda AS kali ini hampir sama atau bahkan lebih besar dari krisis ekonomi dalam tiga dasarwarsa selama abad dua puluh.
Kini, berbagai upaya tengah dilakukan Amerika dan hampir seluruh negara di dunia untuk menyelamatkan kerapuhan perekonomian ribawi kapitalis. Serangan 11 September 2001 memicu dan meruntuhkan secara cepat kerapuhan dan kepalsuan sistem perekonomian buatan manusia ini. Krisis keuangan global ini bisa saja, atas idzin Allah SWT, merupakan titik awal berakhirnya sebuah tirani, yakni Amerika. Kita memohon kepada Allah agar memperlihatkan keruntuhan dan kehancuran Amerika segera. Kita juga memohon kepada-Nya agar mencabik-cabik kekuasaan mereka, mencerai-beraikan persatuan mereka, menggoncangkan pijakan kaki mereka, mengalahkan serta menjadikan mereka sebagai ghanimah baridah (rampasan perang yang diperoleh dengan mudah, tanpa harus berperang) untuk kaum Muslimin.
Wallahu’alam bis Showab!
M Fachry, International Jihad Analys Ar Rahmah Media
International Jihad Analysis
Ar Rahmah Media Network
http://www.arrahmah.com
The State of Islamic Media