TEL AVIV (Arrahmah.id) – Mahkamah Agung ‘Israel’ menggelar sidang pada Senin (8/4) untuk meninjau gugatan atas keputusan pemerintah yang memecat kepala dinas intelijen dalam negeri (Shin Bet), Ronen Bar. Pemecatan ini dilakukan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan alasan “kehilangan kepercayaan”.
Sejumlah politisi oposisi dan organisasi masyarakat sipil mengajukan banding terhadap keputusan tersebut. Jaksa Agung ‘Israel’, Gali Baharav-Miara, turut mengkritik langkah Netanyahu, menyebutnya sebagai bentuk “konflik kepentingan pribadi”.
Menurut laporan Channel 12, sidang sempat dihentikan oleh Ketua Mahkamah Agung setelah terjadi kericuhan di ruang sidang. “Tidak ada pengadilan di dunia yang menerima persidangan dalam suasana seperti ini. Apa yang terjadi sangat berbahaya, dan supremasi hukum menuntut sidang yang bebas dari intimidasi,” tegasnya sebelum akhirnya melanjutkan sidang dengan pembatasan ketat.

Kericuhan terjadi antara pendukung Netanyahu dan simpatisan Ronen Bar. Aparat keamanan pengadilan mengeluarkan anggota parlemen dari Partai Likud, Tali Gottlieb, setelah ia berteriak di ruang sidang. Sejumlah tokoh keamanan senior, termasuk mantan kepala Shin Bet Yoram Cohen, hadir memberikan dukungan langsung kepada Bar.
Sementara itu, pemimpin oposisi Yair Lapid menuduh pemerintah Netanyahu merusak sistem hukum negara. “Pemerintah kriminal Netanyahu mencederai supremasi hukum dengan menebar kekacauan di Mahkamah Agung,” ujarnya.
Pada bulan lalu, Netanyahu mengklaim kehilangan kepercayaan terhadap Ronen Bar karena kegagalan Shin Bet dalam mencegah serangan 7 Oktober 2023. Namun Mahkamah Agung telah mengeluarkan perintah sementara yang membekukan keputusan pemecatan tersebut dan melarang penunjukan kepala baru.
Langkah Netanyahu ini menuai kecaman luas, memicu gelombang demonstrasi anti-pemerintah yang melibatkan ribuan warga ‘Israel’. Para pengunjuk rasa menuduh Netanyahu merusak lembaga-lembaga negara dan mengancam fondasi demokrasi di entitas penjajah tersebut.
(Samirmusa/arrahmah.id)