BANGUI (Arrahmah.com) – Republik Afrika Tengah (CAR) menghadapi krisis kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah jika tindakan tidak segera diambil untuk meningkatkan bantuan kepada negara tersebut, menurut PBB.
Aurelien Agbenonci, koordinator bantuan kemanusiaan PBB di CAR mengatakan kepada Al Jazeera pada Ahad (2/8/2015) bahwa jika kekurangan bantuan tidak segera terpenuhi, “PBB tidak akan mampu melanjutkan misi kemanusiaan sampai akhir tahun”.
Hanya 31 persen dari bantuan kemanusiaan PBB untuk CAR yang telah diamankan, ujar laporan PBB.
“Ini adalah waktu percobaan yang sangat ekstrim bagi semua orang, namun menjadi kesalahan penting bagi masyarakat internasional karena terbuai pemikiran bahwa stabilitas telah kembali ke negara tersebut,” ujar Agbenonci.
Komentar tersebut muncul saat satu tentara PBB tewas, menurut juru bicara MINUSCA, misi perdamaian PBB, ketika pertempuran pecah di pemukiman di utara ibukota Bangui.
“Misi melancarkan operasi untuk menangkap orang yang dicari oleh pengadilan atas berbagai kejahatan. Pasukan kami mendapat tembakan berat. Satu penjaga perdamaian MINUSCA tewas dan beberapa lainnya terluka,” ujar juru bicara MINUSCA yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Reuters.
Jutaan warga mengungsi
Sekitar satu juta orang, kebanyakan Muslim, mengungsi sejak perang pecah pada Maret 2013.
Sekitar 2,7 juta orang, lebih dari setengah populasi CAR, masih membutuhkan bantuan, sementara 1,5 juta terkena dampai rawan pangan.
Menggambarkan tantangan di lapangan sebagai sesuatu yang serius, Paul Taylor, direktur regional IRC Afrika Barat, mengatakan masih sulit untuk menggambarkan situasi di CAR sebagai bencana terbesar saat ini mengingat banyak krisis global
dan terutama situasi di Suriah.
“Situasi di Republik Afrika Tengah adalah serius, kira-kira 50 persen dari populasi membutuhkan bantuan kemanusiaan dan fakta bahwa negara tidak mampu memberikan pelayanan publik yang penting seperti perawatan kesehatan, pendidikan dan keamanan.”
Taylor mengatakan kepada Al Jazeera mengenai kurangnya perhatian media kepada CAR.
Amnesti Internasional mengatakan bahwa lebih dari 30.000 Muslim tinggal di tujuh kantong di seluruh negeri. Mereka yang tinggal di luar daerah kantong menghadapi pertempuran harian untuk bertahan hidup.
PBB mengatakan bahwa serangan yang sengaja menargetkan Muslim mengakibatkan eksodus besar-besaran dan saat ini sebagian besar masih di bawah ancaman milisi Kristen anti-balaka.
Anti-Balaka telah menaretkan minoritas Muslim di negara itu, yang mereka klaim telah bersimpati kepada Séléka yang mengambil alih negeri sebentar dalam kudeta pada 2013.
“Komunitas kemanusiaan sangat memprihatinkan dengan situasi diperkirakan 36.000 orang dari komunitas minoritas di CAR terjebak dalam kantong hidup di bawah risiko tinggi serangan,” kata Agbenonci.
Laporan-laporan mengatakan kebutuhan kemanusiaan terus melebihi sumber daya yang tersedia. (haninmazaya/arrahmah.com)