GAZA (Arrahmah.com) – Krisis energi yang saat ini memukul pelayanan publik di Jalur Gaza dan dapat menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah jika solusi berkelanjutan tidak segera ditemukan dan akan mengancam keberlangsungan rumah sakit di Gaza karena tanpa listrik dan kekurangan air.
“Jika pembangkit listrik tidak dapat kembali bekerja di hari-hari berikutnya, beberapa rumah sakit akan hidup tanpa listrik,” kata Mahmoud Daher kepada IRIN, seorang petugas dari WHO di Gaza.
Pembangkit listrik Gaza terpaksa ditutup pada hari Selasa karena kurangnya bahan bakar, yang sebelumnya diimpor dalam jumlah sampai dengan satu juta liter per hari dari Mesir.
“Krisis saat ini adalah masalah politik yang dimulai enam tahun lalu. Penjajahan Israel, penolakan Otoritas Palestina untuk menyokong Jalur Gaza dengan dana, dan kebijakan Mesir yang berkaitan dengan Gaza dari perhitungan keamanan, kesemuanya memiliki kontribusi untuk situasi saat ini, ” ujar juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum, dikutip Ma’an.
Karena pembangkit listrik berhenti bekerja, rumah sakit dan klinik umum berjalan hanya 20 persen dari 440.000 liter bahan bakar per hari yang biasanya diperlukan untuk memasok sistem kesehatan dengan listrik, kata Daher, ia menambahkan, “Beberapa rumah sakit mungkin akan bertahan dalam krisis untuk satu minggu lebih, beberapa orang lainnya tidak lebih dari satu atau dua hari. “
Bahan bakar memasuki Jalur Gaza pada hari Sabtu dan Minggu melalui terowongan dari Mesir, tapi jumlahnya tidak cukup untuk memulai kembali operasi di pembangkit listrik, yang membutuhkan lebih dari 400.000 liter solar per hari untuk menghasilkan 80-85 megawatt.
Karena pembangkit listrik dimatikan, defisit listrik secara keseluruhan telah mencapai lebih dari 60 persen dari suplai normal. (siraaj/arrahmah.com)