GAZA (Arrahmah.com) – Siapa yang bisa membayangkan bahwa tumpukan besi berkarat dan peralatan listrik yang rusak adalah komponen utama dari pembuatan ekskavator berat yang dibuat oleh seorang pria lansia Palestina.
Hassan Hassaneen, (63), seorang “insinyur buta huruf“, ia lebih suka dipanggil demikian, berhasil mengubah tumpukan sisa-sisa besi tua menjadi sebuah ekskavator berkualitas yang dapat bersaing dengan hasil produksi dari perusahaan-perusahaan internasional.
Hasaneen mengatakan kepada ALRAY bahwa ia berhasil menciptakan sebuah ekskavator yang bisa bergerak dalam empat arah dengan mudah dan dapat digunakan di tempat-tempat konstruksi yang sempit, sehingga membuatnya lebih kuat dari pada ekskavator impor.
Dia menambahkan bahwa alat galinya itu memiliki peralatan dan fungsi yang tidak ditemukan pada alat-alat gali lain yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan internasional.
Dia mengatakan, “saya membuat penggali ini dari besi tua dan membutuhkan waktu enam bulan untuk menyelesaikannya. Jika Jalur Gaza tidak berada di bawah blokade ketat dan kemampuan telah tersedia, itu hanya membutuhkan waktu tiga bulan.”
Pengepungan terhadap Jalur Gaza diberlakukan oleh “Israel” setelah kemenangan Gerakan Perlawanan Islam Hamas dalam pemilihan parlemen pada 2006.
Hassaneen mengatakan bahwa ia membuat tiga ekskavator besar lima tahun yang lalu, tapi apa yang membuat ekskavator terbarunya ini berbeda adalah ukurannya yang lebih kecil, yang memungkinkan untuk bergerak dengan mudah ke segala arah.
Hassaneen mengatakan bahwa ekskavator barunya terbukti efisiensi dalam melakukan pekerjaan setelah diujicobakan di lokasi konstruksi dan ditinjau oleh insinyur khusus.
Ia melanjutkan, “di Jalur Gaza kontraktor menghadapi masalah konstruksi di lokasi sempit dengan ruang terbatas dan ekskavator ini mampu mengatasi dilema ini.”
Hassaneen yang telah memiliki pengalaman selama 30 tahun itu menambahkan bahwa ekskavator yang tersedia di Jalur Gaza dapat mengebor sampai 17 meter di bawah tanah sementara ekskavator barunya bisa mengebor hingga 37 meter.
Saat ini, pekerjaan di pabrik Hasaneen terhenti karena penghancuran terowongan penyelundupan yang digunakan untuk memasukkan beberapa suku cadang yang digunakan dalam industri alat berat.
Hasaneen berharap pengepungan “Israel” yang dikenakan terhadap Jalur Gaza segera berakhir, sehingga ia akan bisa memproduksi lebih banyak ekskavator dan memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya.
Kegiatan pemasukan barang dan bahan bangunan dari Mesir ke Jalur Gaza terhenti menyusul penghancuran terowongan yang dilakukan oleh tentara Mesir setelah kudeta militer terhadap presiden terpilih Mesir Muhammad Mursi, pada Juli 2013.
“Kebutuhan adalah induk dari semua penemuan” sebuah pepatah yang tepat untuk menggambarkan kasus Hasaneen. Ia menolak untuk menyerah terhadap kondisi sulit akibat blokade “Israel” yang tidak adil. Kurangnya bahan baku dan suku cadang mendorongnya untuk mencari alternatif lain.
(ameera/arrahmah.com)