JAKARTA (Arrahmah.com) – Dalam kasus dugaan suap pengurusan Pajak PT Master Steel yang melibatkan oknum penyidik pajak di Jakarta Timur, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menghadirkan beberapa saksi. Antara lain adalah seorang yang dikenal sebagai Habib Palsu “Abdurrahman Assegaf”.
Abdurrahman Assegaf bernama asli Abdul Haris Umarella bin Ismail Umarella, putera Tulehu, Ambon. Jadi nama Assegaf juga sesuatu yang diada-adakan semaunya dia, supaya ada kesan dari Hadhramaut. Apalagi kalau ada nama habib di depan namanya jelas-jelas palsu murokkab (baca: kwadrat)
Jauh pada medio Agustus 2009, ustadz Abu Bakar Baasyir sudah pernah menyatakan bahwa Abdurrahman Assegaf merupakan habib palsu yang disewa oleh aparat serta Amerika Serikat atau CIA dengan imbalan uang. Bahkan secara tegas Ustadz Baasyir mengatakan : “Abdurrahman Assegaf itu bukan habib, dia itu preman. Semua habib sudah bilang kepada saya kalau dia bukan seorang habib,” tegas ustadz yang didzolimi penguasa ini.
Bahkan menurut sumber terpercaya arrahmah.com, yang juga merupakan teman Haris Umarella sewaktu bersekolah di SMPN 2, Mardani Raya, daerah Percetakan Negara, Jakarta Pusat, dia dikenal dengan nama Amsari Omarella. Ibunya berasal dari Ambon, dan ayahnya dari Makasar. Dari sini, gelar habib semakin jauh dari Abdurrahman Assegaf alias Abdul Haris, alias Amsari.
Selepas SMP 2, habib palsu ini melanjutkan pendidikan ke SMAN 68 (angkatan 85) dan kuliah di UnKris, Pondok Gede. Masih menurut sumber yang terpercaya, kali ini kawan dia semasa bersekolah di SMAN 68, di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, bahwa Abdurrahman Assegaf ini siswa SMAN 68, jurusan IPS. Menurut sumber tersebut habib palsu alias Abdurrahmah Assegaf, alias Amsar terlihat biasa-biasa saja ketika di SMAN 68. Hanya saja menurut sumber tersebut, dia sudah tidak begitu suka dengan kegiatan rohis dan tidak mendukung pemakaian jilbab pada masa itu.
Tidak diketahui sejak kapan gelar habib bercokol di depan namanya. Menurut kawannya di SMPN 2, Abdurrahman pernah menunjukkan sertifikat yang menyatakan bahwa kini dirinya sudah resmi menjadi seorang habib. Tambah aneh, apakah gelar habib harus dikeluarkan melalui sebuah sertifikat?
Pemberitaan media sekuler
Perihal pemberitaan kasus suap pajak, media sekuler tetap saja mencantumkan label FPI pada Haris Umarela sebagai anggota bahkan petinggi FPI. Suatu yang lumrah dalam peperangan media abad ini. Maka ini semakin menunjukkan media sekuler tidak meliput dari dua sisi dan cek silang atas suatu fakta berita.Tidak ada profesionalitas pada kerja mereka. Dikutip dari voaislam.com, berikut adalah judul-judul pemberitaan bohong dari media pencatut nama Front Pembela Islam (FPI), yang sangat antusias dan gegap gempita mengaitkan FPI dalam kasus suap pajak:
- INILAH.COM = Suap Pajak PT MS, KPK Periksa Anggota FPI
- RAKYATMERDEKAONLINE.COM = Anggota FPI Jadi Saksi Suap Penyidik KPK
- MERDEKA.COM = Kasus pajak Master, KPK periksa anggota FPI Habib Abdurrachman
- OKEZONE.COM = KPK Periksa Anggota FPI Terkait Suap Pajak
- KORANINDONESIA.COM = KPK Periksa Anggota FPI Terkait Suap Pajak
- KANTOR BERITA WMC = Anggota FPI Diperiksa KPK Terkait Suap Pajak
- AKTUAL.CO = Ada Kader FPI yang Diperiksa KPK Terkait Suap Pajak
- PESATNEWS.COM = KPK Periksa Petinggi FPI
- PLASA.MSN.COM = KPK Periksa Anggota FPI Terkait Suap Pajak
- CENTROONE.COM = Anggota FPI Diperiksa untuk Kasus Pajak PT Master Steel
- BBC.WEB.ID = KPK Periksa Anggota FPI Terkait Suap Pajak
(azmuttaqin/arrahmah.com)