YERUSALEM (Arrahmah.com) – “Israel” dan Kosovo menjalin hubungan diplomatik pada Senin (1/2/2021), dengan wilayah mayoritas Muslim mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negara Yahudi, membuatnya berselisih dengan seluruh dunia Islam.
Dalam upacara yang diadakan melalui Zoom in Jerusalem dan Pristina, Menteri Luar Negeri “Israel” Gabi Ashkenazi dan mitranya dari Kosovo Meliza Haradinaj Stublla menandatangani deklarasi bersama untuk menjalin hubungan.
Ashkenazi mengatakan dia telah menyetujui “permintaan resmi Kosovo untuk membuka kedutaan besar di Yerusalem”.
“Israel” tahun lalu menandatangani serangkaian kesepakatan yang ditengahi oleh mantan presiden AS Donald Trump untuk membangun hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan.
Perjanjian yang secara kolektif dikenal sebagai Perjanjian Abraham memicu kritik di banyak negara mayoritas Muslim.
Tetapi pihak Arab dalam perjanjian yang dibidani Donald Trump ini semuanya menyatakan bahwa misi diplomatik mereka di “Israel” akan berada di Tel Aviv.
Posisi itu sejalan dengan konsensus global yang melarang pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota “Israel” hingga konflik Palestina diselesaikan.
Pada bulan September, Trump mengumumkan pada pertemuan puncak yang awalnya diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan antara Kosovo dan bekas musuh perangnya Serbia bahwa Kosovo dan negara Yahudi itu akan menjalin hubungan diplomatik.
Tetapi bagian paling menarik dari KTT itu adalah pengumuman Kosovo bahwa mereka akan mengakui “Israel”, dan Serbia mengatakan akan mengikuti petunjuk Washington dalam memindahkan kedutaannya ke Yerusalem.
Namun sejauh ini, Serbia gagal memenuhi janjinya, dengan beberapa pejabat mengklaim kesepakatan itu tidak mengikat.
Kosovo juga mengatakan bahwa pihaknya siap untuk mendirikan misi “Israel” di Yerusalem, sebagai imbalan atas pengakuan terhadap negara Zionis, karena berusaha untuk lebih melegitimasi deklarasi kemerdekaan tahun 2008 dari Serbia. (Althaf/arrahmah.com)