BANTEN (Arrahmah.com) – Setidaknya 168 orang telah tewas dan lebih dari 700 lainnya luka-luka setelah tsunami yang dipicu gunung berapi menghantam kedua sisi Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018), mengirimkan gelombang air yang menyapu ratusan rumah dan hotel, ujar pejabat dan saksi mata, seperti dilansir Al Jazeera.
Sedikitnya 30 orang masih menghilang, menurut badan manajemen bencana (BNPB).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan jumlah korban tewas mungkin masih meningkat karena tidak semua daerah yang terkena dampak telah dicatat. Sebanyak 558 rumah rusak, bersama dengan 9 hotel dan 30 kios.
BMKG mengatakan itu bisa disebabkan oleh tanah longsor di bawah laut dari erupsi Anak Krakatau, sebuah pulau vulkanik yang terbentuk selama bertahun-tahun dari gunung berapi Krakatau di dekatnya.
Daerah yang terkena dampak terburuk adalah wilayah Pandeglang, di provinsi Banten, yang meliputi Taman Nasional Ujung Kulon dan pantai-pantai populer. Dari total kematian, 126 terjadi di Pandeglang.
Di Bandar Lampung, Sumatera Selatan, ratusan warga mengungsi di kantor gubernur.
Alif, seorang warga di Kabupaten Pandeglang mengatakan tsunami mencapai ketinggian 3 meter. Dia mengatakan kepada Metro TV bahwa banyak orang masih mencari kerabatnya yang hilang. (haninmazaya/arrahmah.com)