QUITO (Arrahmah.com) – Kru penyelamat melalui reruntuhan bangunan berupaya mencari korban gempa berkekuatan 7,8 yang melanda pesisir Ekuador.
Korban tewas telah melonjak menjadi 246, ungkap Wakil Presiden Ekuador Jorge Glas, Ahad (17/4/2016) malam yang disiarkan oleh Ecuador TV. Setidaknya 2.527 orang terluka, ungkapnya, sebagaimana dilansir oleh CNN.
Daerah yang paling parah adalah pesisir Provinsi Manabi, di mana sekitar 200 orang meninggal, kata Ricardo Peñaherrera dari kantor manajemen darurat nasional Ekuador.
Kota Manta, Puerto Viejo dan Pedernales, yang merupakan tujuan wisata, mengalami kehancuran yang parah, tapi kerusakan tersebar luas di seluruh Ekuador.
“Ini adalah pengalaman terburuk dalam hidup saya,” tutur korban selamat Jose Meregildo, Ahad (17/4), saat menggambarkan getaran hebat yang mengguncang rumahnya di Guayaquil, 300 mil jauhnya dari pusat gempa gempa.
“Semua orang di lingkungan saya berteriak dan mengatakan ini akan kiamat,” ungkapnya.
Gempa bumi itu terjadi pada Sabtu (16/4) malam, mematahkan jembatan layang, menyebabkan rumah runtuh dan merobohkan tiang listrik di Guayaquil, kota terpadat di Ekuador, kata pihak berwenang.
Gempa bumi berkekuatan 7,8 Skala Richter mengguncang pesisir Pasifik pada Sabtu waktu setempat dan dirasakan warga di sekitar pegunungan Andes yang berpenduduk 16 juta jiwa, menimbulkan kepanikan.
Orang-orang berlarian meninggalkan rumah mereka dan berkeliaran di sekitar, beberapa dari mereka tidur di jalan-jalan.
Orang-orang mencari anggota keluarga dan teman-temannya dengan panik menggali dengan tangan dan alat-alat mereka sampai peralatan penggalian tiba. Para petugas tanggap darurat berhasil mengeluarkan satu tubuh dari lokasi jembatan yang runtuh.
Sebuah rekaman video menunjukkan saat tim penyelamat sedang mencari seorang gadis muda di bawah reruntuhan Hotel Miami di provinsi Manabi, dan akhirnya berhasil menariknya keluar dan membawanya pergi dengan tandu.
Presiden Rafael Correa bergegas pulang setelah melakukan kunjungan kenegaraan dari Italia setelah mengetahui jumlah korban tewas mencapai 233 orang. “Prioritas tercepat adalah menyelamatkan orang-orang yang terperangkap puing,” kata Correia dalam akun Twitter-nya. “Semuanya bisa dibangun kembali, namun nyawa tidak bisa dikembalikan dan itu yang paling menyakitkan.”
(ameera/arrahmah.com)