TEHERAN (Arrahmah.com) – Setidaknya 208 orang diyakini telah tewas dalam penumpasan demonstrasi di Iran bulan lalu yang mengikuti kenaikan tajam harga bahan bakar, ungkap Amnesty International pada Senin (2/12/2019).
“Jumlah orang yang diyakini telah tewas selama demonstrasi di Iran yang meletus pada 15 November telah meningkat menjadi setidaknya 208, berdasarkan laporan yang kredibel yang diterima oleh organisasi itu,” kata kelompok HAM, yang menambahkan bahwa jumlah korban jiwa yang sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.
Korban baru menambah jumlah kematian menurut Amnesty hampir 50, di mana puluhan kematian tercatat di kota Shahriar di provinsi Teheran, yang menjadi “salah satu kota dengan korban tewas tertinggi.”
Demonstrasi meletus pada 15 November setelah pengumuman mngejutkan tentang kenaikan harga bahan bakar hingga 200% tetapi dengan cepat dibatalkan oleh pihak berwenang yang juga memberlakukan pemadaman internet secara total selama seminggu.
Philip Luther, kepala penelitian dan advokasi Amnesty untuk Timur Tengah, menyebut jumlah kematian sebagai bukti bahwa pasukan keamanan Iran melakukan pembunuhan yang mengerikan, dan meminta komunitas internasional untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab akan benar-benar mempertanggung jawabkan apa yang telah mereka lakukan.
“Korban tewas hampir seluruhnya diakibatkan oleh penggunaan senjata api,” kata Amnesty, sebagaimana dilansir Daily Sabah.
Amnesty menambahkan bahwa, menurut informasi yang dikumpulkan, “keluarga korban telah diancam dan diperingatkan untuk tidak berbicara kepada media, atau mengadakan upacara pemakaman untuk orang yang mereka cintai.”
“Beberapa keluarga juga dipaksa untuk melakukan pembayaran terlalu tinggi agar tubuh orang-orang yang mereka cintai dikembalikan kepada mereka,” imbuhnya.
Pihak berwenang Iran telah mengkonfirmasi lima kematian selama kerusuhan itu. Ketua parlemen Iran, Ali Larijani, tidak memberikan angka kematian resmi baru ketika ditanya di konferensi pers yang disiarkan oleh kantor berita negara IRNA pada Ahad (1/12).
“Bahwa beberapa orang terluka dalam insiden baru-baru ini atau memiliki masalah atau properti orang-orang dibakar atau rusak, badan keamanan pasti akan menindaklanjuti dan itu adalah tanggung jawab mereka untuk melakukannya,” katanya.
Larijani menambahkan bahwa konstitusi Iran memastikan protes adalah hak, tetapi masalahnya adalah ketika protes berubah menjadi perilaku kekerasan dan beberapa menggunakan senjata api dan senjata dingin. (rafa/arrahmah.com)