KHARTOUM (Arrahmah.id) – Serikat Dokter Sudan mengumumkan pada Selasa pagi (16/5/2023) bahwa jumlah korban sipil dari pertempuran di negara itu antara tentara Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) telah meningkat menjadi 822.
“Bentrokan yang berkelanjutan telah menyebabkan lebih banyak korban di ibu kota Khartoum dan sejumlah negara bagian,” kata serikat itu dalam sebuah pernyataan.
Pertempuran pecah di Sudan pada 15 April antara militer Sudan, yang dipimpin oleh penguasa militer negara itu Jenderal Abdul Fattah Burhan dan RSF, yang dipimpin oleh wakilnya Jenderal Mohamed Hamdan Daglo, juga dikenal sebagai Hemedti.
Ketegangan telah terjadi antara dua jenderal yang bersaing selama berbulan-bulan. Pertempuran tersebut telah memaksa ribuan orang Sudan meninggalkan rumah mereka, mengubah lingkungan Khartoum menjadi zona perang.
Serikat Dokter menambahkan bahwa 3.215 orang telah terluka.
Pada Selasa (16/5), pertempuran meningkat di seluruh Sudan, dengan serangan udara, ledakan, dan bentrokan terjadi di selatan Khartoum, lansir Reuters.
Pada Jumat dan Sabtu (13/5), sedikitnya 280 orang tewas di El Geneina, ibu kota negara bagian Darfur Barat.
Tidak ada pihak yang mampu membangun dominasi di medan perang, dan para ahli memperkirakan konflik akan berlarut-larut.
Jenderal Abdel Fattah Burhan mendapat dukungan dari Mesir sementara RSF Hemedti diyakini didukung oleh UEA dan pejuang asing. (zarahamala/arrahmah.id)