DHAKA (Arrahmah.com) – Kekerasan seksual telah menjadi alat penindasan yang efektif bagi pasukan keamanan Myanmar yang terus menyerang desa-desa di negara bagian Rakhine dengan dalih mencari pemberontak.
Menurut Dhaka Tribune, Jum’at (13/1/2017), wartawan berbicara dengan beberapa wanita Rohingya yang mengaku telah dijemput oleh militer dan dibawa ke kamp-kamp.
Para korban, yang merupakan pendatang baru di kamp-kamp pengungsi di Cox Bazar, mengatakan bahwa militer memperkosa mereka beramai-ramai selama beberapa hari.
“Saya lolos dari kamp militer tempat saya ditahan dan berulang kali diperkosa oleh tentara laki-laki,” kata seorang wanita Rohingya berusia 18 tahun di kamp Kutupalong di Ukhiya Upazila.
Wanita tersebut, yang berasal dari desa Kularbill dekat dengan kota Maungdaw, mengatakan bahwa dia diculik oleh tentara yang telah membunuh orang tuanya di hadapannya.
“Mereka membawa saya ke kamp mereka karena mereka melihat saya cukup menarik. Mereka membiarkan saya hidup, tetapi mereka memperkosa saya secara bergiliran setiap hari,” katanya.
Dia kemudian mencoba melarikan diri setelah tiga hari, tapi tertangkap oleh penjaga kamp.
“Kemudian mereka mengikat saya ke pagar dan memperkosa saya lagi.”
Dia tidak tahu berapa lama ia ditahan di kamp.
“Saya lolos lagi dan pergi ke perbatasan. Seorang perantara melihat kondisi saya yang mengenaskan dan kasihan melihat saya. Dia kemudian membawa saya ke sini secara cuma-cuma.”
Yang dia maksud perantara itu adalah tukang perahu yang biasa mengangkut warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar menuju Bangladesh melalui Sungai Naf dengan mendapat imbalan uang.
Korban lainnya, seorang gadis berusia 20 tahun dari desa Hatipara di Maungdaw, mencoba menjelaskan kengerian yang dialaminya akibat kekerasan brutal yang dilancarkan oleh tentara Myanmar terhadap dirinya.
“Anda tidak tahu betapa memalukannya harus mengalami kekerasan seperti itu,” katanya.
“Kadang-kadang tiga atau empat orang tentara memperkosa kami selamberjam-jam,” ungkapnya kepada Dhaka Tribune.
Dia berada di kamp yang sama dengan gadis berusia 18 tahun tadi.
Kisah-kisah mereka mirip dengan kisah 23 perempuan Rohingya lainnya yang diwawancarai oleh wartawan di kamp terdaftar Kutupalong.
“Belakangan ini, militer sedang menelusuri rumah-rumah untuk mencari wanita muda Rohingya,” ujar Abul Hasan (bukan nama sebenarnya), warga Desa Baluhali di Maungdaw.
“Ketika mereka menemukan gadis Rohingya di sebuah rumah, mereka tidak menyerang kaum laki-laki. Mereka hanya membawa gadis itu ke kamp mereka,” katanya.
Ia mengaku banyak keluarga yang mengirim gadis-gadis mereka pergi ke Bangladesh untuk menyelamatkan mereka dari militer.
Di antara desa yang paling terkena dampak di Maungdaw adalah Wah Paik, Hawarbill, Bur Gow Zi Bill, Surow Gow Zi Bill, Kularbill, Lu Daing, Hatipara, Bura Shiddar para dan Nasa Furu.
(ameera/arrahmah.com)