GAZIANTEP (Arrahmah.id) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengumumkan tujuh hari berkabung nasional, dan Suriah telah meminta bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah gempa bumi dahsyat yang menewaskan lebih dari 4.800 orang dan merobohkan gedung-gedung di Turki tenggara dan Suriah utara.
Pihak berwenang khawatir jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,8 skala Richter yang terjadi pada Senin pagi (6/2/2023), yang diikuti oleh gempa berkekuatan 7,6 skala Richter dan beberapa gempa susulan akan terus meningkat ketika para petugas penyelamat mencari para penyintas di antara reruntuhan besi dan beton yang tersebar di wilayah yang telah mengalami penderitaan akibat perang saudara selama 12 tahun di Suriah dan krisis pengungsi, lansir Al Jazeera.
Tim penyelamat mencari sepanjang malam yang dingin hingga Selasa pagi, berharap dapat menggali lebih banyak korban selamat dari reruntuhan ketika mereka yang terperangkap berteriak minta tolong dari bawah tumpukan puing-puing.
Orhan Tatar, seorang pejabat dari Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD), mengatakan jumlah korban tewas di wilayah tersebut mencapai 3.381 orang pada Selasa pagi (7/2), sementara 20.426 orang lainnya mengalami luka-luka. Tatar mengatakan bahwa lebih dari 5.700 bangunan juga telah hancur.
Di Suriah, sedikitnya 1.444 orang tewas dan sekitar 3.500 lainnya luka-luka, menurut Kementerian Kesehatan dan organisasi penyelamat White Helmets.
Kondisi cuaca musim dingin yang membekukan dan hujan salju di wilayah yang hancur telah menambah penderitaan ribuan orang yang terluka dan kehilangan tempat tinggal akibat gempa bumi. Bangunan-bangunan yang runtuh dan jalan-jalan yang hancur telah menghambat upaya untuk menemukan korban dan membawa bantuan penting ke daerah-daerah yang terkena dampak.
Sinem Koseoglu dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Istanbul, mengatakan bahwa jutaan orang membutuhkan bantuan.
“Dan kebutuhan mereka semakin mendesak karena saat ini adalah musim dingin dan mereka menghadapi suhu dingin, salju dan hujan.”
Sepuluh kota di Turki selatan telah dinyatakan sebagai daerah bencana, menurut Natasha Ghoneim dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Istanbul. Suhu dingin dan salju telah menghambat upaya penyelamatan, dan cuaca buruk diperkirakan akan melanda wilayah tersebut. Pasokan listrik dan gas alam telah terputus di banyak daerah dan pemerintah sedang berupaya memulihkan kedua layanan tersebut.
“Gambaran lengkap dari kehancuran baru mulai muncul – kehancuran yang kemungkinan akan menjadi lebih jelas saat matahari terbit” pada Selasa, kata Ghoneim. (haninmazaya/arrahmah.id)