SELAYAR (Arrahmah.com) – Hingga hari ke 4 pasca gempa bermagnitudo 7,4 SR yang mengguncang pulau Kalao Toa, di Kecamatan Pasilambena, Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan, tercatat total korban yang terindentifikasi dan sudah ditangani secara medis sebanyak 99 orang.
18 orang diantaranya mengalami luka berat dan cukup parah karena tertimpa reruntuhan rumah saat terjadi gempa.
Seluruh korban dirawat oleh tim medis di lokasi pengungsian yang tersebar di sejumlah titik di bukit Kalao Toa.
“Sementara yang luka parah, patah serta hamil tua dipersiapkan oleh tim medis untuk dirujuk ke rumah sakit umum daerah di pusat kabupaten Kepulauan Selayar, mengingat peralatan medis yang ada di Pusat Kesehatan Masyarakat di Pasilambena tidak memadai dan terbatas. Namun untuk segera merujuk para pasien parah ini, belum dilakukan karena belum ada kapal yang berlayar ke pusat kabupaten Kepulauan Selayar,” jelas dr. Ainun Fitriani Ismail, Dokter PKM Pasilambena, lansir TvOne.
“Jumlah tenaga medis yang ada di lokasi gempa sebayak 46 Orang, namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasan kegiatan pasca gempa ikut dirasakan oleh para petugas medis,” jelasnya.
Hingga Jumat (17/12/2021) malam, ribuan warga pulau Kalaotoa Kecamatan Pasilambena masih bertahan di lokasi pengungsian yang ada di bukit Lambena.
Mereka masih bertahan karena masih trauma akan gempa susulan mengingat masih seringnya guncangan gempa kecil dirasakan oleh warga.
Dr. Ainun Fitriani Ismail juga menyampaikan bahwa saat ini terdata ada 4 orang korban gempa yang mengalami luka, di mana lukanya tersebut termasuk luka berat dan segera memerlukan tindakan lebih lanjut di rumah sakit.
Bahkan salah seorang dari 4 warga yang menjadi korban luka adalah seorang anak yang diduga mengalami patah tulang di area kedua pahanya.
“Untuk itu, kami menyarankan kepada keluarga dan juga tim yang ada di Pasilambena untuk segera merujuk anak tersebut ke Rumah Sakit di Selayar, untuk memastikan apakah anak tersebut benar-benar patah kedua pahanya atau tidak,” ungkap dr. Ainun.
Saat ini, lanjutnya, pihaknya hanya bisa melakukan pemeriksaan fisik dan berdasarkan dari jawaban secara anamnesis (memperoleh data dan informasi tentang permasalahan yang sedang dialami dan dirasakan oleh pasien).
Selain itu, juga ada beberapa ibu hamil yang sepertinya sangat beresiko ketika harus melahirkan di Pasilambena untuk saat ini.
“Karenanya, kami juga menyarankan agar mereka dirujuk mengingat sarana dan prasarana yang masih sangat minim di Pasilambena, serta tidak adanya tempat untuk melakukan persalinan yang cukup memadai,” pungkasnya.
Terhadap korban luka yang ada, ia mengatakan saat ini tidak ada ruang perawatan yang layak sehingga para korban hanya dititipkan kepada para tenaga kesehatan yang tersebar di seluruh titik pengungsian.
(ameera/arrahmah.com)