ALEPPO (Arrahmah.com) – Warga sipil yang menjadi cacat seumur hidup setelah serangan bom barel oleh rezim Nushairiyah Suriah di Aleppo kini menghadapi kekurangan mengerikan dari ahli bedah, kursi roda dan kaki palsu, ujar laporan kelompok kemanusiaan pada Rabu (11/3/2015).
Kurangnya peralatan medis secara kronis serta perawatan pasca-operasi yang tidak memadai dialami oleh korban bom barel, ujar Dokter Tanpa Perbatasan (MSF).
Mendapatkan kursi roda hampir tidak mungkin, sementara pasokan kaki palsu sangatlah sedikit, ujar kelompok tersebut dalam sebuah laporan mengenai situasi suram di daerah yang dikuasai oleh pejuang Suriah di kota terbesar kedua di Suriah,
seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (12/3).
Beberapa orang membawa kaki mereka yang telah terputus ke rumah sakit dengan harapan bahwa kaki mereka dapat disambungkan, namun kurangnya fasilitas medis berarti bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi, ujar MSF menambahkan.
Hanya terdapat 100 dokter tetap yang bekerja dengan kewalahan di rumah sakit Aleppo dibandingkan dengan awal konflik yang memiliki 2.500 dokter di seluruh kota.
“Sisanya telah melarikan diri, menjadi pengungsi atau telah diculik atau dibunuh,” laporan mengungkapkan.
Pasukan rezim mulai menjatuhkan bom barel di lingkungan timur Aleppo sejak Desember 2013.
Mereka biasanya menggunakan drum minyak besar, tabung gas atau tangki air yang diisi dengan bahan peledak tinggi dan besi tua.
Dengan perhatian internasional yang terfokus pada kampanye udara pimpinan AS terhadap Daulah Islam (ISIS/IS), rezim telah meningkatkan penggunaan dari senjata mematikan tersebut dalam beberapa bulan terakhir.
“Saat Anda tidur. Saat Anda berjalan ke toko, setiap saat bom bisa terjadi,” ujar seorang petugas kesehatan MSF.
Setelah terjadi serangan bom barel, korban sering mengumpulkan bagian tubuh mereka yang terpisah, menempatkannya dalam tas lalu mengubur sesuai dengan syariat Islam, ujar laporan tersbeut.
MSF mengatakan bom barel telah meninggalkan ribuan warga sipil tewas dan terluka. Pengeboman juga menghancurkan sebagian besar infrastruktur Aleppo termasuk kabel listrik.
Takut akan adanya serangan dari langit, organisasi bantuan seringkali tidak mampu memberikan bantuan kepada warga sipil yang membutuhkan.
“Di Aleppo kami kini bersuka cita ketika langit gelap dan berawan. Kemudian kami tahu bahwa kami akan memiliki beberapa jam istirahat sebelum pengeboman berikutnya dimulai,” ujar seorang mantan warga Aleppo yang melarikan diri ke Turki seperti ribuan orang lainnya. (haninmazaya/arrahmah.com)