GAZA (Arrahmah.id) – Sebuah konvoi PBB dihentikan dengan todongan senjata oleh pasukan ‘Israel’ di Gaza pada Senin (9/9/2024) dan ditahan selama lebih dari delapan jam, kata Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
“Insiden tersebut terjadi meskipun telah ada koordinasi terperinci sebelumnya,” kata Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal UNRWA di X, seraya menambahkan bahwa konvoi tersebut “membawa staf nasional & internasional yang bepergian untuk menggelar kampanye vaksinasi polio bagi anak-anak di Kota Gaza dan Gaza utara.”
“Konvoi itu dihentikan dengan todongan senjata tepat setelah pos pemeriksaan Wadi Gaza dengan ancaman akan menahan staf PBB,” ungkapnya.
Selain itu, “kerusakan berat disebabkan oleh buldoser pada kendaraan lapis baja PBB.”
“Insiden penting ini adalah yang terbaru dalam serangkaian pelanggaran terhadap staf PBB termasuk penembakan terhadap konvoi & penangkapan oleh Angkatan Bersenjata ‘Israel’ di pos pemeriksaan meskipun telah ada pemberitahuan sebelumnya,” tegas Lazzarini.
Ia menekankan bahwa staf PBB “harus diizinkan untuk melaksanakan tugas mereka dengan aman + dilindungi setiap saat sesuai dengan hukum humaniter internasional.”
“Gaza tidak berbeda,” kata kepala UNRWA.
Pengabaian yang Mencolok
Ia mengatakan semua staf dan konvoi telah dibebaskan, tetapi menambahkan bahwa ia tidak dapat memastikan apakah kampanye polio akan berlangsung pada Selasa (10/9) di Gaza utara.
Pada Juli, dalam sebuah konferensi pemberian dana UNRWA, Lazzarini mengatakan bahwa dalam lebih dari 30 tahun kerja kemanusiaannya, ia “tidak pernah menemui pengabaian yang begitu mencolok terhadap status perlindungan pekerja, fasilitas, dan operasi kemanusiaan berdasarkan hukum internasional.”
Menurut Laporan Situasi terbaru UNRWA, 213 pekerjanya telah tewas di Gaza sejak 7 Oktober, dan 190 instalasi UNRWA rusak.
Perpindahan Paksa
Perang ‘Israel’ telah mengakibatkan kelaparan akut, terutama di Gaza utara, yang mengakibatkan kematian banyak warga Palestina, kebanyakan anak-anak.
Agresi ‘Israel’ juga mengakibatkan pengungsian paksa hampir dua juta orang dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi dipaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduk di dekat perbatasan dengan Mesir – dalam apa yang telah menjadi eksodus massal terbesar Palestina sejak Nakba 1948.
Kemudian dalam perang tersebut, ratusan ribu warga Palestina mulai berpindah dari selatan ke Gaza tengah dalam upaya mencari keselamatan. (zarahamala/arrahmah.id)