MALI (Arrahmah.com) — Tujuh penjaga perdamaian PBB tewas pada Rabu ketika sebuah konvoi logistik menghantam sebuah alat peledak di Mali tengah, kata misi PBB MINUSMA.
“Jumlah korban awal adalah tujuh orang tewas dan tiga luka parah,” katanya di Twitter, tanpa merinci kewarganegaraan para korban, seperti dikutip dari France24 (8/12/2021).
Insiden itu terjadi di daerah Bandiagara di wilayah Mopti, saat konvoi itu menuju Sevare dari Douentza.
Korban adalah anggota MINUSMA dari kontingen Togo.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk keras itu kata juru bicaranya Stephane Dujarric di New York.
Dia meminta pihak berwenang Mali untuk melakukan yang terbaik untuk mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab dan membawa mereka ke pengadilan.
Ketua MINUSMA El-Ghassim Wane mengecam apa yang disebutnya sebagai serangan “pengecut”, mencatat bahwa hal itu menambah jumlah korban yang sudah dibayar oleh misi PBB di Mali.
Tindakan itu “mungkin merupakan kejahatan perang,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Pada hari Senin, seorang tentara MINUSMA meninggal karena luka-luka yang ditimbulkan oleh bom pinggir jalan di dekat kota utara Tessalet pada 22 November.
Dia telah dilarikan untuk perawatan ke ibukota Senegal, Dakar, bersama dua tentara lainnya yang terluka.
Mali adalah pusat perlawanan kelompok Islam yang dimulai di utara negara itu pada 2012 dan menyebar tiga tahun kemudian ke negara tetangga Niger dan Burkina Faso.
MINUSMA—Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Mali— kemudian mulai penyebarannya ke negara bagian Sahel yang bermasalah pada 2013.
Tak kurang sekitar 16.500 personel dikerahkan, termasuk 10.700 tentara, menurut situs webnya.
PBB mengatakan misi tersebut paling banyak menelan korban jiwa dari semua operasi penjaga perdamaiannya di dunia, dengan tindakan permusuhan menyebabkan 146 kematian per 31 Oktober.(hanoum/arrahmah.com)