MANILA (Arrahmah.com) – Sebuah konvoi yang membawa wartawan, keluarga dan pendukung calon gubernur provinsi Maguindanao diserang pada Senin (23/11) di Filipina selatan. Menurut laporan, sedikitnya 21 orang tewas.
Sejauh ini belum ada klaim pertanggungjawaban atas insideh yang terjadi di wilayah dimana jumlah muslim yang mendominasi selalu didera oleh ketegangan politik antara klan saingannya.
Iring-iringan mobil yang membawa sekitar 40 orang itu dibajak di provinsi Maguindanao, sekitar 560 mil (900 kilometer) sebelah selatan Manila, dan tentara kemudian menemukan mayat yang telah dipenuhi lubang peluru dari 13 perempuan dan delapan laki-laki, kata komandan militer regional Mayor Jenderal Alfredo Cayton.
Tidak jelas apakah ada orang yang selamat dari penyerangan.
National Union of Journalists dari Filipina mengatakan ada sedikitnya 10 wartawan lokal yang ikut dalam konvoi tersebut. Namun, sejauh ini, NUJ tidak bisa menjangkau keberadaan mereka, dan menyimpulkan bahwa anggota mereka terbunuh.
Politisi Filipina Ismael Mangudadatu, yang tidak ikut dalam iring-iringan kendaraan itu, berkata beberapa waktu sebelum penyerangan, istrinya menghubungi Mangudadatu dengan ponsel.
“Istri saya mengatakan … mereka dihentikan oleh 100 orang yang bersenjata dan berseragam,” kata Ismael Mangudadatu. Ia mengatakan, istri dan sanak keluarga kemungkinan besar merupakan bagian dari korban yang tewas.
Kerabat korban penyerangan menyalahkan lawan-lawan politiknya dalam pemilihan nasional yang dijadwalkan pada bulan Mei 2010.
Pemilu Filipina selama ini selalu dihiasi dengan kekerasan. Apalagi di selatan terdapat kehadiran kelompok-kelompok bersenjata, termasuk Abu Sayyaf yang berjuang untuk mendirikan pemerintahan Islam di tengah-tengah negara yangd didominasi oleh Katolik Roma. Selain itu, terdapat pula panglima militer yang terjun ke dunia politik yang tentu saja bisa memerintah pasukan yang ada di bawahnya sesuai dengan kepentingannya sendiri.
Maguindanao merupakan bagian dari Daerah Otonomi di Mindanao, yang diklaim sebagai bagian dari perjanjian perdamaian tahun 1996 dengan kelompok ‘pemberontak’ Muslim. (althaf/afp/ansr/arrahmah.com)