PRISTINA (Arrahmah.com) – Setelah bertahun-tahun tertunda, majelis ibukota Kosovo tampaknya akan memberi lampu hijau bagi pembangunan Masjid Utama baru meski keberatan dari kelompok masyarakat sipil masih menggema, lapor Balkan Insight pada Selasa (18/7/2017).
Topik kunci dalam agenda dewan kota di Pristina, Kosovo, pada 25 Juli lalu adalah masa depan masjid pusat yang telah lama direncanakan, Miranda Mullafazliu, juru bicara pemerintah kota, mengatakan kepada BIRN.
Komunitas Islam Kosovo (BIK) bersama dengan mantan pejabat tinggi negara, menempatkan batu pertama Masjid Utama pada 2012 di distrik Dardania.
Batu tersebut diletakkan saat Pristina diperintah oleh Wali kota Isa Mustafa, yang saat ini menjabat Perdana Menteri.
“Saat itu, di tahun 2012, kami belum punya proyek. Setelah pemerintah kota menyumbangkan situs tersebut, kami harus mengerjakan proyek agar sesuai dengan lokasi. Proses ini semua memakan waktu yang sangat lama,” kata Ahmet Sadriu, juru bicara BIK.
Sadriu mengatakan bahwa semua penundaan tersebut disebabkan oleh berbagai prosedur sampai akhirnya mereka memutuskan proyek mana yang ingin mereka terapkan.
“Tapi sekitar enam bulan sudah berlalu sejak kami menyerahkan dokumentasi lengkap pada pemerintah kota,” tambah Sadriu.
Namun demikian, sejumlah partai politik dan kelompok masyarakat sipil masih menentang Masjid baru tersebut, yang menyatakan keberadaannya tidak bisa diterima. Sekelompok warga bahkan telah mendesak Komunitas Islam Kosovo dan pemerintah kota untuk tidak mengizinkan pembangunan Masjid di lingkungan Dardania, setidaknya dalam bentuk yang saat ini diusulkan.
Menurut para pihak yang keberatan ini, proyek tersebut tidak sesuai dengan Rencana Pembangunan Lingkungan dan merupakan tiruan Masjid yang dibangun “di negara lain”.
“Objek yang dipilih oleh Komunitas Islam Kosovo memiliki gaya arsitektural yang benar-benar bertentangan dengan konteks dan lingkungan sekitarnya karena merupakan proyek arsitektur yang ditata pada abad ke 15 dan 16, sementara objek sekitarnya [di Dardania] termasuk Modernis, gaya arsitektur utilitarian,” kata surat yang ditandatangani oleh anggota masyarakat sipil tersebut.
Arbana Xharra, mantan jurnalis yang telah bergabung dengan Partai Demokrat Kosovo, PDK, menggunakan kontroversi mengenai masjid tersebut untuk menyerang wali kota Vetevendosje, pemimpin Pristina, saat ini, Shpend Ahmeti.
“Kita semua pernah melihat bagaimana Vetevendosje menggoda komunitas Islam, bukan karena mereka religius, tapi karena mereka membutuhkan pendukung,” Xharra menulis di Facebook.
Wali kota Ahmeti menulis di Facebook bahwa keterlambatan dalam proyek Masjid sudah tak terelakkan. “Masjid akan dibangun, dan tugas pemerintah kota adalah menerapkan undang-undang,” tulisnya.
“Karena ini adalah masjid terbesar di Kosovo, kita harus mengurus aspek perkotaan dan estetika lebih dari yang akan kita lakukan untuk bangunan biasa,” tambah Walikota. (althaf/arrahmah.com)