JAKARTA (Arrahmah.com) – Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa rezim Soeharto yang terkenal sekuler, Daoed Joesoef, menentang keras berbagai kontes kecantikan. Dalam bukunya, Dia dan Aku: Memoar Pencari Kebenaran (2006), ia menulis: “Pendek kata, kalau di zaman dahulu para penguasa (raja) saling mengirim hadiah berupa perempuan, zaman sekarang pebisnis yang berkedok lembaga kecantikan, dengan dukungan pemerintah dan restu publik, mengirim perempuan pilihan untuk turut ‘meramaikan’ pesta kecantikan perempuan di forum internasional,” tulisnya.
Mujiyanto pada tabloid media umat menulis, Daoed Joesoef benar. Ajang ini sebenarnya adalah ajang bisnis. Miss World dulunya juga berasal dari acara kontes bikini di Inggris. Perusahaan bikini yang punya andil besar dalam kontes ini. Kemudian, kontes itu disiarkan langsung melalui televisi. Ternyata, penontonnya banyak sehingga bisa mengalahkan acara sepakbola dan Olympiade. Akhirnya, bisnis ini dikembangkan menjadi bisnis televisi.
Di Indonesia, Miss World ini dikuasai oleh MNC Grup, perusahaan milik taipan Hary Tanoesoedibjo. Istri Hary Tanoe-lah yang punya peran dalam penyelenggaraan ini. Melalui ajang di Indonesia, MNC akan menjadi pemegang hak siar yang akan dijual kepada stasiun televisi lain di dunia. Konon pemirsa Miss World ini mencapai lebih dari 1 milyar pasang mata. Cara ini sendiri diikuti oleh 132 negara.
Selain berbau bisnis, kontes-kontesan ini memang mengemban misi politik. Dalam pelaksanaannya sejak 1951, ada saja maksud di balik penyelenggaraan ajang ini di sebuah negara tertentu. Hal yang sama berlaku pada kontes Miss Universe.
Berbahaya
Ajang Miss World seolah biasa saja. Tapi bila didalami, pemilihan wanita cantik ini akan menodai citra Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia. Dengan penyelenggaraan di Indonesia, bisa jadi tujuannya kian meliberalkan kaum Muslim dunia. Ibarat kata: Indonesia yang mayoritas Muslim bisa menerima Miss World, seharusnya negara lain bisa juga.
Ajang ini juga menjadi arena untuk merusak moral generasi muda Indonesia. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi pada mereka dengan melihat siaran langsung buka-bukaan aurat ini. Moral mereka akan rusak.
Lebih dari itu, terlaksananya ajang ini akan membuat dosa bagi rakyat negeri ini. Jelas-jelas itu kemaksiatan, kenapa tetap dilangsungkan? Terlebih lagi acara ini akan bisa mendatangkan dosa bagi para pejabat, baik dari tingkat pusat hingga daerah yang merestui acara ini berlangsung.
Kemaksiatan itu terjadi karena acara ini bertentangan dengan ajaran Islam. Wanita diperintahkan menutup aurat, ajang Miss World ini justru mengumbar aurat. Kontes ini juga mengeksploitasi para wanita.
Miss World merupakan bagian dari peradaban Barat untuk menjajah negeri Islam. Bagaimana tidak menjajah jika tujuannya untuk mengeruk keuntungan dari sana sekaligus merusak penduduknya.
Harus Ditolak
Maka penolakan terhadap penyelenggaraan ajang Miss World di Sentul oleh kaum Muslim adalah sebuah keharusan. Sebaliknya pembiaran terhadap ajang ini dikhawatirkan bisa mendatangkan musibah bagi negeri ini.
Ajang ini tidak membawa kebaikan, tapi justru banyak mudharatnya. Makanya, jauh hari sebelum pelaksanaan, kaum Muslim sudah menunjukkan kepeduliannya untuk menolak kontes wanita lajang ini.
Masih banyak jalan yang bisa ditempuh untuk mempromosikan keindahan Indonesia, tanpa harus mengorbankan kehormatan kaum wanita. Jangan sampai, ajang ini malah mengokohkan penguasaan kapitalis lokal dan asing dalam sendi-sendi kehidupan kaum Muslim.
Kembali ke Islam
Hadirnya berbagai kontes wanita ini tidak lepas dari peradaban Barat yang menjadikan wanita sebagai komoditas dan perannya hanya dipandang sebagai pemuas nafsu seksual belaka.
Kondisi ini tidak akan terjadi manakala Islam diterapkan. Wanita dalam pandangan Islam harus dilindungi dan dihormati. Mereka memiliki kemuliaan. Makanya haram hukumnya bagi mereka mempertontonkan auratnya, apalagi dalam kontes di depan umum dan disiarkan ke seluruh penjuru dunia pula.
Islam telah memiliki aturan yang sangat rinci untuk mengatur hubungan laki-laki dan wanita agar kehidupan ini menjadi tenang dan tentram.
Hanya saja masalahnya, negara yang menerapkan Islam secara kaffah belum ada. Padahal keberadaan khilafah inilah akan menjadi tameng bagi kaum wanita khususnya, dan kaum Muslim umumnya dari perusakan dan serangan musuh Islam.
(azmuttaqin/arrahmah.com)