JAKARTA (Arrahmah.com) – Konflik bernuansa SARA di Singkil, Aceh yang menelan korban tewas dan luka-luka, tidak muncul secara tiba-tiba melainkan akibat akumulasi persoalan yang terus dibiarkan berlarut-larut.
“Saya melihat persoalan ini tidak akan terjadi jika tanpa sebab yang jelas. Apalagi saya mendengar bahwa protes terkait keberadaan gereja yang dinilai warga menyalahi ketentuan itu sudah berlangsung sejak lama. Jika masih dibiarkan tanpa solusi, bukan mustahil ke depan persoalan ini akan semakin melebar,” kata anggota Komisi I DPR Aceh, Iskandar Usman Al-Farlaky, Rabu(14/10/2015) malam, lansir Serambinews.com.
Dia menegaskan, insiden tersebut tidak cukup jika hanya diselesaikan melalui pendekatan hukum. Karena itu, dia berharap pihak-pihak terkait segera melakukan langkah serius dan efektif mencegah agar potensi yang sama tidak akan terulang di kemudian hari.
“Sebenarnya sudah ada kesepakatan bersama yang sejak tahunan lalu diputuskan. Tapi sayangnya tidak pernah dijalankan sebagaimana mestinya. Maka sebagai pihak yang selama ini memfasilitasi penyelesaian konflik antar pemeluk agama ini, pemerintah kabupaten setempat harus bertanggungjawab penuh,” kata politisi Partai Aceh ini.
Dirinya menduga, konflik tersebut sengaja dikelola untuk kepentingan pihak-pihak tertentu yang bertujuan memperoleh dukungan politis pada saat pemilihan umum digelar.
“Jadi sekalipun sudah ada kesepakatan yang dihasilkan namun faktanya kan memang tidak pernah ditindaklanjuti hingga memakan korban seperti sekarang,” ungkapnya.
Untuk itu Iskandar menyerukan agar semua pihak memetik pelajaran dari insiden berdarah yang terlanjur terjadi itu.
“Saatnya semua masalah diselesaikan secara konfrehensif. Pastikan agar semua tidak semakin melebar, terutama aspek ketentraman dan kerukunan warga,” katanya.
(azm/arrahmah.com)