Islamabad (arrahmah) – Pernyataan provokatif Presiden Afghanistan Hamid Karzai yang akan mengerahkan pasukan ke Pakistan untuk memburu kelompok Taliban, tak urung mendapat tanggapan yang tak kalah keras dari Islamabad.
Jika Karzai ngotot akan mengirimkan pasukan ke wilayah Pakistan, ada potensi terjadi gesekan di antara militer kedua negara. Apalagi Pakistan sudah menegaskan bahwa mereka akan mempertahankan kedaulatan negara mereka dari serbuan negara asing, meski serangan itu dimaksudkan untuk memburu kelompok teroris.
Jadi jangan dianggap remeh. Mungkin Karzai tak pernah berpikir pernyataannya itu akan menimbulkan konflik yang lebih besar di kawasan Asia tengah itu. Mungkin Karzai merasa dukungan dari pasukan internasional akan memudahkan mereka memburu kelompok Taliban, meski harus melintas perbatasan.
Mungkin juga Karzai lupa bahwa Pakistan selama ini juga menjadi mitra AS dalam upaya memerangi kelompok “teroris”.
Meski pernyataan Karzai itu mungkin hanya retorika, tapi itu dianggap Islamabad sebagai wujud arogansi Afghanistan yang merasa mendapat dukungan dari pasukan NATO.
Untuk itulah, Pakistan Senin (16/6) memanggil utusan Afghanistan untuk meminta penjelasan mengenai pernyataan Karzai itu, dan sekaligus memberi penegasan bahwa Pakistan tidak akan tinggal diam teritorialnya dilanggar pasukan asing, meski dengan dalih untuk memburu kelompok “teroris” sekalipun.
Sebelumnya, Karzai mengatakan bahwa Afghanistan memiliki justifikasi untuk menyerang kelompok Taliban di wilayah Pakistan, dan serangan itu dinilai sebagai pertahanan diri.
Memanasnya situasi di kedua negara terkait dengan pernyataan Karzai itu terlihat dari aksi protes di Islamabad, dan sebaliknya di Afghanistan kelompok suku menyuarakan dukungan mereka terhadap rencana Karzai itu.
Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi mengatakan dalam pernyataan tertulisnya bahwa Pakistan akan berjuang keras untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya.
Qureshi juga menggambarkan pernyataan Karzai itu sebagai tak bertanggung jawab.
Sementara Duta Besar Afghanistan di Islamabad, Anwar Anwarzai, telah dipanggil ke kantor kementerian luar negeri Pakistan untuk menerima nota protes dari Islamabad.
Memanasnya situasi ini adalah yang terparah sejak Pakistan menghentikan dukungannya terhadap gerakan kelompok Taliban dan lebih mendukung invasi AS ke Afghanistan pada 2001 menyusul serangan 11 September di Amerika Serikat.
Sebenarnya pemicu dari ketegangan ini adalah serangan pasukan koalisi pimpinan AS di perbatasan Pakistan yang menewaskan 11 prajurit Pakistan. Serangan yang dicap Islamabad sebagai ‘pengecut’ itu dimaksudkan untuk memburu kelompok Taliban yang bersembunyi di kawasan suku di teritorial Pakistan pekan lalu.
Sejauh ini memang belum ada tanggapan resmi dari Kabul terkait dengan protes Islamabad itu. Tapi lebih dari 2.000 pemimpin suku dan agama berkumpul di provinsi Paktika, Afghanistan timur, untuk memberikan dukungan kepada Karzai.
“Kami mendukung Karzai. Tentara Pakistan telah masuk ke wilayah Afghanistan dan kami memiliki bukti,” kata Amin Jan, seorang pemimpin suku yang ikut dalam aksi protes itu. Pernyataan itu mengacu pada serangan lintas batas yang juga dilakukan pasukan Pakistan untuk memburu kelompok Taliban.
Tapi, meski warga dan pemerintahan dari kedua negara sudah sama-sama panas terkait dengan pernyataan Karzai itu, sejauh ini ada tanda-tanda pasukan Afghanistan akan benar-benar melakukan serangan lintas batas. Apalagi belum ada pernyataan resmi, baik dukungan maupun penolakan, dari pemerintahan yang mengerahkan pasukan ke Afganistan yang tergabung dalam NATO.
Namun, boleh jadi ucapan provokatif Karzai itu sebagai peringatan kepada Pakistan bahwa keputusan mereka untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok Taliban belum lama ini, sama saja dengan memberi perlindungan kepada kelompok garis keras itu. AS dan negara-negara NATO sempat kesal dengan kesepakatan itu, karena dengan demikian kelompok Taliban akan lebih aman melakukan serangan ke wilayah selatan Afghanistan.
Tapi, Islamabad menolak anggapan itu. Mereka mengatakan bahwa akar masalah itu ada di Afganistan dan mereka memiliki lebih dari 90.000 tentara di sepanjang perbatasan kedua negara, dan sejak 2001 tercatat 1.000 tentara Pakistan yang tewas akibat pertempuran dengan kelompok Taliban.
“Dalam pandangan saya, satu-satunya cara untuk memenangi perang melawan terorisme adalah menunjukkan sikap saling menghormati terhadap wilayah kedaulatan negara lain dan tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain,” kata Menlu Pakistan Qureshi.
Jadi sekarang adalah tugas AS dan sekutunya untuk ‘mengajarkan’ bagaimana Karzai harus menghormati kedaulatan negara lain, dan jangan mengajarkan cara-cara yang mereka lakukan dengan menginvasi dan menyerang negara lain dengan dalih untuk memburu kelompok “teroris”. [inilah]