Brussel (arrahmah) – Konferensi tentang Muslim di Eropa diselenggarakan oleh organisasi Perancis-Turki pada gedung Parlemen Eropa di Brussel.
Sebuah Konferensi tentang hak-hak Muslim di Eropa diselenggarakan Kamis lalu 10 Januari oleh organisasi Perancis-Turki pada gedung Parlemen Eropa di Brussel . Dalam kesempatan itu, dibicarakan mengenai sikap tidak toleran dan diskriminasi terhadap warga Muslim di Eropa.
Emine Bozkurt, anggota parlemen Eropa dari kubu sosialis asal Belanda mengeluhkan meningkatnya penolakan terhadap para penganut agama Islam di negara-negara Uni Eropa.
Menurut Emine Bozkurt di beberapa negara UE, peluang bagi warga Muslim di pasaran kerja lebih kecil. Di sekolah mereka juga kurang sukses dan sulit untuk menembus lembaga-lembaga kemasyarakatan. Di Belanda jumlah penganggur warga Muslim (khususnya kaum migrant) jumlahnya dua kali lipat dibanding warga Belanda sendiri. Dua alasan itulah yang menyebabkan diskriminasi dan ketakutan akan Islam.
Namun Ekmeleddin Ihsanoglu, Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang beranggotakan lebih dari 50 negara, mengritik meningkatnya sikap tidak toleran terhadap kaum Muslim di Eropa. Menurutnya, diskriminasi terhadap warga Muslim merupakan ancaman bagi perdamaian di dunia.
Ia juga mengatakan, media-media Barat secara sepihak umumnya menyamakan warga Muslim dengan teroris dan menggambarkan Islam sebagai ancaman. Padahal tidak ada keinginan untuk mengislamkan Eropa, demikian kata Ekmeleddin Ihsanoglu. Ia juga mengritik karikatur di Denmark dan film-film kritis mengenai warga Muslim.
“Kami harus menjelaskan, para seniman dan pembuat karikatur yang sengaja melukai perasaan warga Muslim, sekarang bersikeras bahwa mereka membela kebebasan berpendapat. Menurut mereka, warga Muslim hendak membatasi kebebasan. Padahal itu tidak ada. Kami ajak mereka untuk bergaul secara beradab dan penuh martabat Kalau mau mengritik Islam tentu bisa, tetapi ada batasnya. Tidak ada kebebasan tanpa tanggungjawab,” ujar Ihsanoglu.
Semenyata itu, anggota perlemen Eropa Cem Özdemir, yang juga warga Jerman keturunan Turki membantah Ihsanoglu. “Tidak ada gunanya selalu berperan sebagai ‘korban’, karena itu tidak membawa perubahan, melainkan hanya sikap pasif. Saya lebih menganjurkan sikap aktif sebagai warga negara. Artinya berperan mengubah citra kita sendiri. Termasuk menjadikan tiap masjid di Eropa sebagai gedung terbuka. Termasuk ikut pula berdiskusi dalam masyarakat. Kekhawatiran tertentu tidak dapat dijabarkan secara global sebagai rasisme, ” ujarnya.
Selanjutnya, Cem Özdemir mengatakan, tiap warga Muslim di Eropa berkewajiban untuk aktif dan juga memanfaatkan hak warga yang mereka miliki sebagai penduduk di UE. Tidak boleh ada kesimpulan, bahwa seorang warga Muslim tidak dapat sekaligus menjadi warga Eropa.
Tetapi, bagaimana kini upaya untuk memajukan integrasi dan dialog antarbudaya, juga belum terjawab oleh konferensi bertema “Dewan Kaum Muda Multibudaya” itu. Ini, terutama karena sedikitnya warga non-Muslim yang menghadiri acara.
Namun yang terpenting, bagi Emine Bozkurt, seorang tokoh sosialis Belanda, amat jelas, bahwa mau tidak mau, 15 sampai 20 juta warga Muslim harus lebih dilibatkan dalam masyarakat UE dari 495 juta penduduk. (hid)
Sumber: Hidayatullah