JAKARTA (Arrahmah.com) – Program Pekan Kondom Nasional (PKN) yang diselenggarakan komite penanggulangan Aids Nasional (KPAN) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) diprotes karena dinilai sebagai ajang legalisasi seks bebas.
PKN yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember dinilai sebagai upaya penggiringan opini masyarakat ke arah pembolehan seks bebas dan dinilai ada motif komersial sebagai ajang promosi produsen kondom tertentu.
Demikian isi pernyataan bersama Medical Emergency Rescue Committee (Mer-c), Forum Umast Islam (FUI), Aliansi Selamatkan Anak Indonesia (SA Indonesia), dan Aliansi Pemuda dan Masyarakat Selamatkan Bangsa (APSB) di Jakarta, Jumat, kemarin.
“Jelas, terdapat motif ekonomi yang tidak dapat disangkal lagi. Adanya keterlibatan produsen kondom besar sebagai koordinator PKN 2008,” ungkap ketua presidium Mer-C, Joserizal Jurnalis.
Dia menjelaskan, kondom tidak akan berpengaruh pada pengurangan penyebaran virus HIV/AIDS sebab ukuran pori-pori kondom lebih besar daripada ukuran virus HIV.
Data menunjukkan, ukuran pori kondom dalam keadaan tidak merenggang sebesar 1/60 mikron. Sedangkan ukuran virus HIV/AIDS hanya sebesar 1/240 mikron.
“Ukuran pori-pori kondom empat kali lebih besar daripada virus HIV. Hasil penelitian ini sebenarnya telah tersebar luas. Namun, hal ini seakan tidak menjadi perhatian para aktivis penanggulangan Aids, atau sengaja diabaikan,” katanya.
Ketidakamanan kondom, sudah diserukan gereja katolik Vatikan. “Kardinal senior vatikan Alfonso Lopez Trujilo pada 2003 menyerukan, kondom sebagai salah satu penyebab maraknya penyebaran Aids,” ujarnya.
Ketua SA Indonesia, Tatty Elmir mengatakan kampanye kondom disinyalir sebagai konspirasi merusak bangsa Indonesia.
“Kami akan melawan kondomisasi, ” tegasnya. Dia melanjutkan, saat ini HIV telah menjangkiti pemuda di 32 provinsi. Jika, pemrintah mengambil langkah salah untuk menghentikan penyebaran AIDS maka kedepan Indonesia akan mengalami lost generations.
APSB melalui juru bicaranya, Ivan Ahda juga mengecam keras tindakan pemerintah yang mendukung dan mensponsori PKN.
“Harusnya pemerintah mengampanyekan Safe sex is no free sex. Bukannya mengampanyekan seks aman dengan menggunakan kondom. Seolah tidak ada yang salah dengan perilaku seks bebas,” ujarnya.
APSB juga meminta mantan menteri agama yang kini menjabat Ketua Dewan Mesjid Indonesia (DMI) Tarmizi Taher untuk secara bijak dan proporsional menyampaikan pendapatnya di media masa sehingga tidak terjadi legitimasi PKN.
“Kami sayangkan, hampir di setiap kampanye PKN mengutip perkataan beliau sebagai pembenar kondomisasi,” terang Ivan.
Mer-C, SA Indonesia, APSB, dan FUI akan mengadakan kampanye “Lawan Kondomisasi.” Mereka megeluarkan 4 (empat) butir pernyataan sikap yang isinya menutut pemerintah untuk, bersama-sama “memutus mata rantai” penularan virus HIV/AIDS dengan pemberantasan narkoba dan seks bebas. Temasuk menindak tegas pelakunya.
Mengkarantina dan membuat prosedur yang benar terkait prosedurpengobatan orang-orang yang positif terinfeksi HIV/AIDS. Memberikan penjelasan yang transparan dan benar mengenai kondom.
Menolak promosi kondom dengan membagi-bagikan secra gratis ketengah-tengah masyarakat. Terutama program ATM kondom dan promosi kondom ke sekolah-sekolah yang nantinya mendorong prilaku seks bebas. [Hanin Mazaya/hidayatullah]