RIYADH (Arrahmah.com) – Kesehatan khatib Saudi berusia 63 tahun, Syaikh Salman Al-Ouda memburuk saat dia ditahan di sel isolasi di Arab Saudi, Amnesti Internasional mengatakan pada Senin (27/9/2021).
“Al-Ouda kehilangan penglihatannya, serta pendengaran di salah satu telinganya,” organisasi itu mengutip salah satu anggota keluarganya.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa Al-Ouda – yang telah ditahan di sel isolasi sejak 2017, belum bertemu dengan cucunya yang berusia satu bulan.
Organisasi hak asasi manusia meminta Putra Mahkota Saudi Mohammad Bin Salman untuk membebaskan Al-Ouda “segera”.
“Al-Ouda diadili di pengadilan terorisme Saudi, di mana pihak berwenang menekan para pembangkang,” kata Amnesti, menjelaskan bahwa ulama itu “berisiko menghadapi hukuman mati, sementara pengadilan terus menunda sesi pengadilan.”
Pihak berwenang Saudi belum mengomentari tuduhan tersebut.
Beberapa hari sebelum Putra Mahkota Mohammad Bin Salman menjabat pada Juni 2017, seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri memberi tahu Al-Ouda bahwa Pengadilan Kerajaan telah mengeluarkan larangan perjalanan terhadapnya.
Kemudian pada bulan September, pihak berwenang menangkap beberapa ulama dan aktivis Saudi terkemuka, termasuk Al-Ouda, Awad Al-Qarni, dan Ali Al-Omari, dengan dalih “terorisme dan berkomplot melawan negara”.
Putra Al-Ouda dikutip dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada 14 Februari 2019 mengatakan bahwa “tweet tidak langsung oleh ayahnya tentang krisis Teluk, dan keinginannya untuk mencapai rekonsiliasi telah membuat marah pemerintah Saudi, dan dianggap sebagai pelanggaran pidana.” Pihak berwenang tidak mengomentari tuduhan tersebut.
Blokade Qatar, yang diberlakukan oleh Mesir, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Bahrain pada Juni 2017, berakhir pada Januari tahun ini. (Althaf/arrahmah.com)