WUHAN (Arrahmah.com) – Kantor berita China Xinhua pada Selasa (3/2/2020) melaporkan situasi di Wuhan masih mengkhawatirkan namun ada tanda-tanda positif.
“Jumlah kasus baru yang positif hari Ahad (1/3) di Wuhan adalah 193 orang, jumlah paling rendah, dan jumlah kasus yang dicurigai juga menurun,” kata Chen Erzhen, yang memimpin tim medis asal Shanghai untuk membantu provinsi Hubei menangani kasus corona, lansir ABC.
Dengan kasus baru yang berkurang, Direktur Komisi Kesehatan Nasional China, Ma Xiaowei, dalam jumpa pers hari Jumat, kota Wuhan saat ini memiliki 5 ribu tempat tidur di 16 rumah sakit darurat yang bisa menampung pasien baru.
Ia menyenutkan, setiap harinya jumlah pasien yang boleh keluar dari rumah sakit lebih besar dibandingkan dengan jumlah kasus baru.
Sampai hari Ahad di China, provinsi Hubei melaporkan adanya 67.103 kasus COVID-19 dan 283 kematian.
Dari jumlah tersebut, 33.757 pasien di provinsi Hubei sudah dinyatakan sehat kembali dan meninggalkan rumah sakit. Sementara 26.901 masih dirawat di beberapa rumah sakit.
Namun menurut kantor berita Xinhua, situasi keseluruhan masih mengkhawatirkan.
Karantina massal yang dilakukan di China di seluruh kota dan provinsi, seperti di Hubei dan Wuhan, tentu saja menimbulkan masalah bagi warganya.
Tidak saja secara fisik, menurut laporan media Inggris, ‘The Guardian’, masalah yang juga dihadapi warga adalah kesehatan mental.
Mengutip seorang mahasiswi PhD asal Wuhan di Inggris bernama Wi, Guardian melaporkan mengenai keadaan orang tua Wi yang tinggal di Wuhan dan sudah menjalani karantina selama lebih dari 20 hari.
“Sekarang dengan seluruh Wuhan ditutup, semua transport umum dan mobil pribadi tidak boleh beroperasi, jadi mereka bahkan tidak boleh mengendarai mobil sendiri di jalan,” tutur Wi.
“Jadi setiap hari mereka hanya di rumah, makan, tidur dan nonton televisi. Itu saja yang bisa mereka lakukan,” terangnya.
Orang tua Wi belum mendapatkan keterangan sampai kapan mereka harus tetap tinggal di rumah.
Wi mengatakan khawatir dengan kesehatan mental orang tuanya, setelah melihat di media sosial ada yang berkomentar lebih memilih bunuh diri dibandingkan harus menjalani karantina lebih lama lagi.
(ameera/arrahmah.com)