JAKARTA (Arrahmah.com) – Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan kebijakan PT Pertamina (Persero) Persero) yang hendak menghapus Pertalite dan Premium dari daftar jual BBM sejatinya memberatkan rakyat. Sebab, saat ini ekonomi sedang sulit lantaran pandemi corona.
Faisal menduga, seandainya dua jenis BBM tersebut benar-benar dihapus, maka kemungkinan besar daya beli masyarakat—terutama dari golongan menengah ke bawah—bakal semakin lemah.
“[Waktunya] tidak tepat ya, karena kekhawatiran sekarang adalah bagaimana upaya pemulihan ekonomi, agar daya beli masyarakat tidak jatuh terlalu dalam,” ujar Faisal, sebagaimana dilansir BBC, Rabu (2/9/2020).
“Kalau kebijakan ini keluar, harga BBM yang bisa dijangkau masyarakat, itu makin lama makin naik. Yang terjadi justru kontraproduktif kepada upaya pemulihan ekonomi karena daya beli masyarakat justru malah digerogoti,” jelasnya.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati sebelumnya mengatakan, penyederhanaan produk bahan bakar minyak atau BBM mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 20 Tahun 2019 yang mensyaratkan standar minimal RON 91.
Dalam produk Pertamina, BBM yang berada di bawah RON 91 ada Pertalite dengan RON 90, dan Premium dengan RON 88. Jika berpatokan pada aturan tersebut, maka keduanya dipastikan bakal dihapus, lantaran tak sesuai standar Euro IV.
“Artinya ada dua produk yang kemudian tidak boleh lagi dijual di pasar kalau mengikuti aturan tersebut yaitu Premium dan Pertalite,” kata Nicke.
(ameera/arrahmah.com)