PATTANI (Arrahmah.com) – Memprotes pelanggaran hak-hak agama mereka, komunitas Muslim di selatan Thailand telah mengecam pembatasan siswa Muslim dari mengenakan hijab di sekolah.
“Anda tidak bisa memaksa siswa Muslim untuk tidak mengenakan hijab mereka, karena ajaran Islam memerintahkan semua Muslimah yang berusia di atas tujuh tahun (memasuki usia baligh-red) untuk mengenakan hijab,” ujar seorang perwakilan Muslim di daerah tersebut.
“Tidak ada pengecualian. Di sekolah, wanita harus mengenakan hijab. Jika mereka tidak melakukannya, itu sebuah dosa,” ujar Waedueramae Mamingi, direktur Komite Pusat Islam Thailand (CICOT) di Pattani seperti dilansir OnIslam pada Rabu (22/4/2015).
Waedueramae yang melihat hak dasar Muslim telah dilanggar, telah membahas larangan hijab dengan pejabat negara di provinsi Phang Ngao. Dia menambahkan bahwa ia berharap kepala sekolah lainnya akan memahami bahwa larangan tersebut tidak dapat diterima dan melanggar kedua peraturan baik peraturan negara dan agama Islam.
Sekretaris Jenderal Kantor Komisi Pendidikan Dasar (OBEC), Kamol Rodklai mengatakan kepada para wartawan: “Saya percaya bahwa kepala sekolah baru menjabat. Dia tidak memiliki pemahaman tentang identitas, jadi dia memberlakukan larangan dan menyebabkan protes di daerah.”
Kamol mengatakan kepala sekolah telah dipindahkan dan pelarangan yang menarik protes dari warga Muslim lokal dan akticis telah dicabut.
Dia menambahkan bahwa peraturan negara memungkinkan siswa Muslim untuk mengenakan hijab di sekolah umum, asalkan kainnya berwarna polos dan tidak lebih dari 120 cm.
Sebelumnya, Wisutsri Yungpongsapat yang menjabat sebagai kepala sekolah Baan Nai Yong, dilaporkan mengatakan bahwa penutup kepala yang biasa digunakan Muslimah, menentang peraturan negara untuk seragam siswa.
Yungpongsapat yang diwawancarai secara eksklusif oleh White News, saluran televisi Thailand, memastikan bahwa larangan itu diperlukan untuk mencegah “perpecahan” di sekolah.
“Anak-anak Muslim bisa mengenakan kerudung di rumah. Ketika mereka berada di sekolah, mereka harus mematuhi peraturan sekolah,” ujar Wisutsri dikutip White News.
“Jangan membawa ‘perpecahan’ ke sekolah saya. Saat ini sudah ada masalah di tiga provinsi di selatan, apa itu tidak cukup?” klaimnya.
Wisutsri mengacu kepada provinsi Pattani, Yala dan Narathiwat di mana para pejuang Islam selama bertahun-tahun berjuang untuk melepaskan diri dari pemerintah Thailand dan ingin menerapkan syariat Islam dalam kehidupan mereka.
Sekolah yang dikenal sebagai Baan Nai Yong terletak di provinsi Phang Nga di selatan Thailand, yang memiliki populasi Muslim yang cukup besar, berbeda dengan daerah lainnya yang didominasi Budhis. (haninmazaya/arrahmah.com)