JAKARTA (Arrahmah.com) – Kudeta (perebutan kekuasaan) merupakan watak utama dari komunisme, menurut Prof.H.Fahmi Idris pemberontakan dan perebutan kekuasan bersenjata oleh kaum Komunis bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga dibelahan dunia yang lain.
“Mereka melakukan kudeta ada yang berhasil dan ada yang gagal diseluruh dunia,” ,” ujar Fahmi Idris yang memrupakan salah satu pelaku sejarah menghadapi komunis di Indonesia dalam acara Halaqoh kebangsaan mengenang peristiwa pemberontakan G30S/PKI di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Senin (1/2).
Prinsip merebut kekuasaan dengan kekerasan itu berasal dari seruan Karl Marx pendiri faham Komunis yang meminta kaum proletar(diasumsikan kaum lemah tertindas oleh marx) untuk bersatu merebut kekuasaan agar berada ditangan mereka.
“Dalil Karl Marx, di dunia ini terdapat dua kekuatan yang tertindas dan menindas, eksistensi kekuatan ini selalu berseteru” jelasnya.
Lanjutnya, paham komunis yang sudah dilarang di Indonesia bisa muncul kembali karena adanya kesenjangan soial, ekonomi, dan politik.
“Sosial, ekonomi, dan politik, ada gap yang luas dan besar sekali. Ini menjadi ciri khas buat komunis, dan bisa dibentuk dengan cara yang lain
Terkait mengenai situasi Indonesia kini yang mengalami berbagai permasalahan kebangsaan, menurut Fahmi, ini karena komunis yang ingin merebut kekuasaan kembali.
“Pemberontakan, memanfaatkan situasi, menguasai situasi, ini kekuatan komunis dan komunis ada dimana saja,” katanya.
“Komunis punya sasaran yang jelas. Unsur-unsur yang bisa membahayakan komunis. Kalau tidak tentara, ya tokoh-tokoh agama. Dua itu saja karena dua itu yang sadar supaya tidak terjadi perluasan (perluasan komunis),” tambahnya.
Menurut Fahmi, yang juga pernah menjadi ketua dewan mahasiswa Universitas Indonesia, dulu komunis memang sudah bangkrut, namun kini situasi kembali dibayang-bayangi kemunculan komunis yang ada di Indonesia.
“Saya melihat secara langsung, karena dulu aktif memantau, tahun 1998 mirip sekali dengan sekarang,” ujarnya.
Senada dengan Fahmi Idris, Harry Tjan Silalahi, sejarawan dan salah satu pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS) cara mengatasi kemunculan kembali Partai Komunis Indonesia (PKI) ataupun komunis adalah dengan kembali kepada Pancasila, sila kelima yaitu, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
“PKI memang terlibat dan kita atasi dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Harry.
Ia mengatakan, Pancasila dan juga peran agama Islam menjadi penting untuk menghadapi komunis yang butuh pertarungan keras, Harry pun memberi saran setiap agama harus mengajari seluruh rakyat Indonesia untuk memakmurkan dan mengembangkan keadilan sosial. (bilal/arrahmah.com)