ARSAL (Arrahmah.com) – Komisi Umum Revolusi Suriah (KURS) melaporkan korban krisis kemanusiaan pengungsi Suriah di Arsal, Libanon pada Kamis (7/8/2014), sebagaimana dipublikasikan HFC, Jum’at (8/8).
Mengutip laporan tersebut, 59 orang dinyatakan syahid. Ribuan pengungsi tersebar di jalan-jalan tanpa tempat tinggal, dan ratusan warga lainnya terluka.
Dalam 5 hari, terhitung sejak 2 Agustus hingga 6 Agustus, pertempuran di Arsal, menjadikan 59 korban syahid, dengan data sebagai berikut.
- 17 anak
- 8 perempuan
- 30 dari provinsi Homs
- 14 dari provinsi Damaskus
- 15 dari Arsal
Tentara Libanon, hizbu syaithon, dan faksi Mujahidin (Jabhah Nusrah dan FSA), termasuk ISIS telah menarik pejuangnya sejak Rabu (6/8).
Bentrokan telah dihentikan untuk hari ini karena delegasi Ulama dan Jenderal Muhammad Kheir akhirnya mampu bersepakat, mengizinkan bantuan ke daerah Arsal. Sekitar pukul 11.00 WIB, Palang Merah Internasional, Komisi Medis Ersal dan rumah sakit darurat lainnya di daerah sekitar juga diijinkan tentara Libanon masuk ke Arsal untuk menyelamatkan semua korban terluka. Dari Komisi Medis Arsal dan Palang Merah Internasional mengevakuasi 15 pengungsi yang terluka (di antara mereka 9 anak-anak) untuk selanjutnya dirujuk mendapatkan pengobatan di Libanon.
Delegasi Ulama Muslim menuju Arsal lagi hari ini untuk melanjutkan negosiasi untuk mengakhiri kekejian tentara Libanon dan hizbu syaihon yang mengambil nyawa pengungsi yang tidak bersalah. Ulama juga mengawasi masuknya bantuan ke Arsal dan terus melihat kondisi para tahanan, agar tidak ada penyelewengan dari pihak musuh Islam.
Meskipun terjadi kesepakatan gencatan senjata, 2 insiden mengecam masih dilancarkan oleh penembak jitu yang ditempatkan di bukit Arsal. Dilaporkan dari kedua kasus, jatuh korban dengan luka hebat di kaki.
Kondisi pengungsi Suriah kali ini adalah yang paling buruk. Aktivis Ahmed Al Qusair, yang merupakan juru bicara media KURS dan juga termasuk delegasi dari Life Institute yang mendampingi Ulama Muslim hari ini, melaporkan bahwa listrik benar-benar terputus di Arsal. Pengungsi dan warga sipil berkumpul di depan toko roti untuk membeli roti. Dia juga melaporkan bahwa beberapa pengungsi terluka, di antara mereka anak-anak, telah diamputasi kaki dan dievakuasi ke Rumah Sakit Perancis di Zahleh.
Pengungsi masih tidak diperbolehkan untuk keluar Arsal, apalagi melalui rute Arsal-Labweh. Menurut aktivis Ahmed, sebagian besar kamp telah hancur sebagian atau seluruhnya, dengan kondisi sebagai berikut.
- Kamp Qarrah benar-benar dibakar total
- Sebagian besar kamp-kamp di Al Sarj daerah Ra telah hancur
- Kamp Al Shuhada’a benar-benar dibakar total
- Kamp lain sebagiannya telah dibakar
Karena kondisi yang sangat mengerikan, sekitar 1800-2000 pengungsi Suriah memutuskan bahwa mereka kembali ke Suriah dengan sedikit bagasi dan sebagian barang mereka harus ditinggalkan. Suster Agnis Maryam Al Saleeb, yang dikenal bersekutu dengan rezim Assad, diberi tanggung jawab oleh LIbanon untuk eksodus besar-besaran warga sipil tersebut dalam usaha mereka untuk memasuki Suriah.
Puluhan mobil, bus, dan pickup menunggu dekat daerah Al Masna’a (dekat perbatasan Libanon) untuk memasuki Suriah dan kembali ke kota-kota mereka atau desa dengan catatan data dan informasi tentang identitas mereka sudah tercatat oleh tentara Libanon terlebih dahulu. Sayangnya, setelah menunggu selama berjam-jam, pemerintah Assad Suriah menolak mereka masuk kembali ke Suriah. Kini mereka tak punya tempat kembali, kecuali syahid Allah hadiahkan kepada mereka. Maasyaa Allah.
ribuan pengungsi terperangkap di antrean kendaraan menuju Suriah kembali
Rincian lebih lanjut tentang keluarga yang tertahan di perbatasan ini akan dilaporkan dalam laporan yang akan datang. Insyaa Allah. Allah Musta’an. (adibahasan/arrahmah.com)