JAKARTA (Arrahmah.com) – Pernyataan Kapolres Dharmasraya, Sumatera Barat, AKBP Roedy Yoelianto yang mengaitkan aksi terorisme dengan teriakan takbir, terus menuai protes. Tak hanya Ulama dan tokoh-tokoh Islam di Sumatera Barat. Sejumlah anggota DPR pun menolak keras pengaitan itu.
Anggota Komisi III DPR RI Aboe Bakar Alhabsyi meminta Kapolres Dharmasraya AKBP Roedi Yoelianto agar tak sembarangan memberi cap teroris kepada umat Islam. Ia meminta institusi kepolisian agar memahami benar soal terorisme dan tidak sembarangan memberikan cap teroris kepada masyarakat.
“Pernyataan Kapolres Dharmasraya tersebut sangat menyakitkan karena takbir adalah bagian dari ibadah shalat. Keterlaluan mengaitkan takbir dengan tindakan (aksi) teroris, ini tidak boleh dibiarkan. Penegak hukum harusnya menjadi teladan,” kata Aboe Bakar kepada Salam-Online, Senin (20/11/2017).
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga meminta Kapolri Jenderal Tito karnavian untuk tegas mencopot anak buah yang terindikasi melukai perasaan umat Islam dalam penanganan kasus terorisme.
“Apa yang disampaikan Kapolres Dharmasraya AKBP Roedi Yoelianto saat diwawancarai oleh stasiun televisi sangat melukai hati umat Islam,” ujarnya.
Seperti diberitakan, Kapolres Dharmasraya AKBP Roedy Yoelianto menyatakan bahwa teriakan takbir merupakan indikasi aksi terorisme. Ia menyatakan itu saat menjawab pertanyaan sebuah stasiun televisi swasta nasional sehubungan dengan aksi pembakaran Mapolres Dharmasraya pada Ahad dini hari, 12 November 2017 lalu.
Kedua terduga pelaku ditembak mati polisi setelah berupaya menyerang petugas yang mencoba menghentikan aksi pembakaran tersebut. Dikatakan, saat itu pelaku meneriakkan takbir.
Atas dasar itu, Aboe meminta Kapolres Dharmasraya dicopot terlebih dulu untuk pembinaan karena statemen yang dikeluarkannya tidak tepat dan akan menggerus simpati masyarakat terhadap institusi Polri.
“Perlu diingat ya, pimpinan polisi di daerah harus sadar bahwa mayoritas masyarakat di Indonesia adalah umat Islam. Mengidentifikasi teroris dengan teriakan takbir adalah pemahaman yang salah tentang tindak pidana terorisme,” protesnya.
Ketua DPP PKS ini mengungkapkan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian memiliki pemahaman yang mumpuni soal terorisme. Bahkan tak jarang memberikan paparan soal terorisme di forum internasional sehingga nantinya statemen para pejabat Polri di media tidak menimbulkan kegaduhan di masyarakat.
Tito sendiri menolak anggapan aksi terorisme berkaitan dengan Islam atau sebaliknya. Penolakan itu disampaikan Kapolri Tito dalam orasi ilmiah saat dikukuhkan menjadi Guru Besar untuk Studi Strategis Kajian Kontra Terorisme oleh Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), pada 26 Oktober 2017 lalu.
“Terorisme bukan berarti Islam. Islam bukan berarti terorisme. Islam adalah ajaran yang damai,” terang Tito di Auditorium PTIK, Jakarta Selatan, Kamis (26/10).
Sumber: Salam-online.com
(samirmusa/arrahmah.com)