JAKARTA (Arrahmah.com) – Para ekstremis hanya bisa dikalahkan dengan kebudayaan, kata Naif Al-Mutawa. Dia menciptakan 99 pahlawan komik sebagai model panutan sifat-sifat baik al-asma al- husna.
“Ayah saya mulai curiga waktu saya bilang ingin kuliah psikologi. Tapi ketika saya memutuskan akan menulis buku komik di usia 32 tahun, ayah saya berteriak, “Kamu sudah gila?” Demikian paparnya di koran NRC Handelsblad, Kamis (05/01), sebagaimana dikutip Radio Nederland.
Psikolog klinis Al-Mutawa delapan tahun lalu mengambil jalan hidup lain. Di tanah kelahirannya Kuwait, dia mendirikan Teshkeel Media Group, sebuah perusahaan multimedia dengan 54 investor dari berbagai negara, di antaranya Amerika Serikat, Meksiko dan Saudi Arabia.
Teshkeel Media Group menerbitkan komik yang bercerita tentang 99 tokoh pahlawan super ciptaan Al-Mutawa. Komik “THE 99” dibaca sejak akhir 2006 oleh anak-anak di sebagian besar negara Arab dan Asia Tenggara.
Tokoh-tokoh komik diciptakan bekerjasama dengan Stuart Moore dan mantan pegawai Marvel Comics dan DC Comics lainnya. Yang membuat komik ini istimewa adalah cerita di balik tokoh-tokoh pahlawan ini didasarkan pada tradisi Islam.
“Memang ke-99 tokoh masing-masing membawa nama Allah, yang mewakili sifat Tuhan. Salah satu tokoh yang paling penting adalah raksasa baik hati; Jabbar “The Powerful”, yang kekuatan supernya sama dengan Hulk, yaitu membesarkan diri, tulis NRC Handelsblad.
Di salah satu ilustrasi, terlihat tokoh pahlawan asal Indonesia; Fata “The Opener”. Sang tokoh dituliskan bernama asli Toro Ridwan, dengan tinggi badan 168 cm, berat badan 64 kg, mempunyai warna mata coklat serta rambut berwarna hitam.
Sifat dasar Islam
“Saya menerjemahkan sifat-sifat Tuhan, katakanlah archetypes (sifat dasar, Red.) Islam, seperti kemurahan hati dan mencintai kedamaian ke tingkatan manusia,” lanjut Al-Mutawa.
Selain sifat “super” masing-masing, setiap pahlawan juga datang dari negara yang berbeda-beda. Sekitar setengahnya terdiri dari perempuan, hanya sebagian kecil dari mereka yang menggunakan jilbab. “Individu penting sekali,” kata Al-Mutawa.
“Saya sholat, puasa selama Ramadhan, tapi agama adalah hal yang sangat personal bagi saya. Anda tidak perlu pemimpin agama yang mendiktekan bagaimana Anda harus menjalankan agama Anda. Tuhan tidak butuh perantara. Berpikir mandiri, itu yang ingin saya ajarkan kepada anak-anak.”
“Tapi tetap saja komik ini sifatnya sekuler,” kata Al-Mutawa. “Tidak ada referensi langsung ke Islam, atau al-Quran.”
Kritik dan Indonesia
Lebih jauh NRC Handelsblad menulis, peluncuran THE 99 tidak berlangsung mulus-mulus saja. Edisi pertama tahun 2006, diedarkan di Timur Tengah sebanyak 200 ribu eksemplar, hanya terjual 20 persen. Dilihat dari dilarangnya penggambaran Allah dalam ajaran Islam, komik yang tokoh-tokoh pahlawannya memiliki sifat-sifat Allah pastilah akan menuai kritik.
“Saya tahu kritik akan berdatangan,” kata Al-Mutawa. Pasar terbesar untuk buku komik ini adalah Saudi Arabia. “Susah untuk menarik para pengiklan berinvestasi di kartun kami. Komik dengan bendera Teshkeel Media Group memang masih beredar di negara-negara seperti Indonesia, Turki dan India. Tapi di Amerika Serikat, misalnya sudah tidak lagi.”
THE 99 juga akan merambah pasar baru. Dalam waktu dekat akan beredar film animasi berserinya. “Itu tujuan akhir saya,” kata Al-Mutawa. Dua puluh enam episode pertama, bekerja sama dengan Endemol UK, saat ini sudah terjual ke saluran televisi anak-anak berbahasa Arab, MBC3.”
“Saya tidak pernah berpikir ini semua akan begitu sukses,” kata Al-Mutawa. “Sepuluh tahun lalu saya tidak tahu apa-apa tentang komik. Tapi lihat saya sekarang. Jika sekarang saya mendengar anak-anak sekolah bercerita tentang THE 99, saya akan menimpali, ‘kamu tidak harus mempunyai nilai 10 untuk bisa lulus. Kamu juga tidak perlu nilai 10 untuk bisa masuk surga,'” tulis NRC Handelsblad.(kom)
(bilal/arrahmah.com)