OTTAWA (Arrahmah.com) – Organisasi Muslim Kanada telah menyuarakan keprihatinan mereka atas munculnya intimidasi anti-Muslim setelah serangan pekan lalu, yang semakin meluas hingga mencapai Muslim di sekolah, bus umum dan jalan-jalan.
“Ada beberapa tanda dukungan yang sangat positif yang kami perhatikan dari orang orang-orang yang menolah fanatisme (anti-Islam). Namun, keluhan juga meningkat cukup besar,” kata Amy Awad, koordinator HAM Dewan Nasional Muslim Kanada, kepada Reuters, Kamis (31/10/2014).
Kelompok itu memperingatkan bahwa mereka telah melihat peningkatan sepuluh kali lipat dalam laporan pelecehan terhadap Muslim, termasuk penghinaan yang bersifat rasial di bus umum, kata-kata pelecehan yang ditulis di kaca depan mobil dan intimidasi di sekolah.
Menurut Awad, frekuensi normal laporan insiden anti-Islam dalam skala nasional adalah sekitar lima kasus per minggu.
“Itu sudah meningkat sekitar sepuluh kali lipat, dengan lonjakan yang nyata terjadi dalam beberapa hari terakhir,” katanya.
Pekan lalu, seorang pria bernama Michael Zehaf-Bibeau menyerang gedung parlemen dan membunuh tentara Nathan Cirillo, (24).
Penembakan tersebut menyusul sebuah insiden sebelumnya di mana seorang pria bernama Martin Couture-Rouleau, menabrak dua tentara di Montreal dan menyebabkan salah satu tentara tersebut tewas.
Sejumlah politisi tingkat tinggi di Kanada juga telah mendesak warga untuk tidak menyerang warga Muslim.
Adil Charkaoui, koordinator Quebec Collective Against Islamophobia mengatakan bahwa kelompoknya menerima sebanyak 30 keluhan intimidasi sejak pekan lalu.
Menurut Charkaoiu, jumlah keluhan ini cukup besar terhitung sejak upaya mantan pemerintah provinsi Quebec yang melarang pekerja Quebec yang beragama Islam memakai jilbab dan warga Yahudi memakai penutup kepala yang disebut kippa.
“Sejak berakhirnya Charter of Values, kami menerima sedikit keluhan. Dengan insiden tragis ini, semuanya mulai (meningkat) lagi,” ujar Charkaoui, warga Kanada kelahiran Maroko.
Imam Syed Soharwardy, pendiri Muslims Against Violence di Calgary mengatakan bahwa dirinya juga menerima banyak keluhan baru-baru ini, namun ia menambahkan hal tersebut masih kecil.
“Iya, ada reaksi, namun mayoritas warga Kanada beradab dan toleran. Kami telah melihat beberapa contohnya,” ujar Soharwardy.
Di Cold Lake, Alberta, warga bergotong royong membersihkan dan memperbaiki sebuah masjid bersama-sama yang telah dirusak minggu lalu.
Relawan membersihkan tulisan “go home“, yang bernada mengusir dan menggantinya dengan tulisan “you are home“, yang berarti “kamu sudah di rumah”.
Muslim berjumlah sekitar 2,8 persen dari 32,8 juta penduduk Kanada, dan Islam adalah agama non-Kristen nomor satu di negara ini.
(ameera/arrahmah.com)