Dari tempat ia duduk di belakang meja kepala sekolah di sebuah sekolah tua, pertempuran di Aleppo utara sepertinya akan lebih baik dari yang diharapkan. Tapi peluru dan serangan berat dari sebuah helikopter yang berputar-putar bergemuruh semakin dekat dengan bangunan di dekatnya, Abu Sulaiman, komandan operasi pejuang pembebasan Suriah, tampaknya mengabaikan itu.
“Saya berharap bahwa kami akan sampai ke titik ini dalam hampir dua minggu,” ujarnya. “Tapi beberapa hari mendatang akan menjadi yang paling penting dari revolusi.”
Aleppo kini dapat disangkal sebagai kota yang sedang berperang. Kekurangan bensin telah melumpuhkan arus lalu lintas sekitar 90 persen. Kantong sampah busuk kini begitu tinggi, menyerupai blok jalan dan sedikit orang yang berani melintasi jalan, satu mata mereka melihat ke tanah dan yang lainnya miring ke arah langit untuk memastikan kehadiran helikopter militer.
Selama lebih dari empat dekade, kota ini diperintah dengan sangat kaku oleh rezim brutal yang berkuasa. Tapi kini, kantor kepolisian sebagian besar telah dikuasai pejuang, kendaraan mereka sekarang digunakan untuk mengangkut pejuang menuju dua garis depan-wilayah pinggiran yang disebut Sarhour dekat dengan pusat kota.
Rumah sakit pemerintah di timur kota, yang dikomandoi oleh pasukan rezim sampai minggu ini, kini telah berada di tangan pejuang. Demikian juga bagian dari pusat kota di dekat benteng, yang menjulang di atas kota kuno ini sepanjang zaman telah muncul di bawah lampu sorot saat pertempuran berkecamuk di sekitarnya pada Sabtu malam.
Di distrik Salahedine, barat daya kota, di mana semuanya dimulai pada akhir Juli, pertempuran belum juga reda dan mengurangi sebagian besar bangunan yang ada. Semuanya sekitar 30.000 warga yang tersisa dan pejuang masih berada di sana.
Perjuangan untuk Salahedin kini telah menetap dalam ritme kekerasan. Penembak jitu para pejuang perlawanan bertengger di belakang tanggul pasir di jalan yang berjarak hanya 200 meter dari posisi tentara rezim.
Mobil yang masih memiliki bensin di dalam tangki mereka-tidak banyak-digunakan untuk mendorong di belakang tanggul dan menggoda penembak jitu rezim untuk mengekspos diri mereka.
Sepanjang waktu jet yang melayang menjatuhkan bom dan mengancam mereka. Jet adalah pengingat bahwa tidak peduli keuntungan apa yang didapat di lapangan, para pemberontak tidak bisa cocok dengan senjata rezim.
Pertempuran menjadi lebih sulit dari hari ke hari. Bahan bakar murni atau campuran kini mencapai harga 4 USD per liter. Semua stasiun pengisian bahan bakar tutup dan pedagang di pinggir jalan telah mencampur bahan bakar yang tersisa dengan minyak goreng atau lainnya agar kekuatan gerilya terus bergerak.
Ketika dua pejuang menunggu di kantor Abu Sulaiman agar diberikan kupon bahan bakar, meriam helikopter bergemuruh, menyebabkan keduanya meringis dan komandan bekerja lebih untuk mereka.
“Kami memiliki banyak senjata lebih dari yang biasa kami miliki,” ujarnya. “Rezim telah berjalan pergi dan mereka lelah, begitu lelah bahkan lebih dari kami….Saya akan mengatakan bahwa peperangan mereka melawan kami hanya 20 persen yang berani dan berkomitmen untuk pertempuran.”
“Kami memiliki sekitar 120 pembelot pagi ini.”
Jika rumor yang berkembang di antara para pemberontak benar, Tentara Pembebasan Suriah (FSA) akan membutuhkan lebih banyak orang untuk mempertahankan posisinya di Aleppo dalam beberapa hari mendatang. Komandan perlawanan di utara Suriah mengatakan tentara rezim, termasuk semua divisi dan unit utama, telah menuju utara dari Damaskus, Hama dan Idlib untuk bergabung dalam pertempuran.
“Kami perkirakan mereka tiba Selasa,” ujar kolonel dari Idlib yang mengirimkan anak buah untuk memantau kehadiran bala rezim. “Mereka mengirim Pengawal Republik.”
Saat Abu Sulaiman terus memberikan arahan, jet musuh telah melakukan serangan semakin dekat, mengirimkan bom ke sebuah pabrik di dekat pintu masuk kota dan menggerakkan para pejuang untuk melepaskan tembakan ke arah birunya langit.
Kembali ke kantornya, ia mengatakan : “Kami memiliki senjata anti-aircraft. Kami akan menggunakannya ketika waktunya tepat. Mereka tidak bisa menang, karena mereka tidak berjuang untuk alasan yang tepat. Tuhan bersama kami dan begitu juga rakyat.” (haninmazaya/arrahmah.com)