MALI (Arrahmah.com) – Saghid Ag Alkhoror, seorang komandan lapangan dan pemimpin sub-unit Kelompok Al Qaeda untuk Dukungan Islam dan Muslim (JNIM), dilaporkan tewas dalam operasi Prancis di wilayah Timbuktu utara Mali (17/10/2021).
Militer Prancis mentweet bahwa pasukannya telah meluncurkan operasi yang menewaskan “lima teroris dari Katibat Gourma” di utara kota Gossi di Mali utara.
Fahad Ag Almahmoud, sekretaris jenderal Kelompok dan Sekutu Bela Diri Imghad Tuareg (GATIA), milisi pro-Bamako Tuareg di Mali utara yang didukung oleh Prancis, kemudian men-tweet bahwa di antara mereka yang tewas dalam operasi itu adalah Saghid Ag Alkhoror.
Almahmoud juga mengonfirmasi, lansir Long War Journal (18/10), bahwa operasi itu terjadi di dekat kota Tin Assakok di wilayah Timbuktu Mali.
Alkhoror, juga dikenal sebagai Abou Nasser, adalah pemimpin Katibat Gourma JNIM yang berasal dari Al Qaeda.
Katibat Gourma didirikan pada tahun 2014 sebagai sub-unit dalam salah satu kelompok JNIM, Ansar Dine.
Menurut pasukan Prancis, Katibat Gourma bertanggung jawab atas lusinan serangan terhadap Mali terhadap militer Prancis dan pasukan lainnya di sepanjang perbatasan Mali-Burkina Faso.
Prancis akhirnya sepanjang tahun terus melakukan perburuan terhadap anggota kelompok ini.
Awal bulan ini, pasukan Prancis juga membunuh Oumar Mobo Modhi, salah satu teknisi alat peledak improvisasi (IED) utama Ansaroul Islam, sebuah kelompok yang terkait dengan Al Qaeda, dalam serangan di Burkina Faso.
Meskipun Ansaroul Islam dinilai independen, Ansaroul Islam dibentuk pada tahun 2016 oleh seorang veteran jihad Al Qaeda di Mali dan para pemimpin al Qaeda lainnya yang berbasis di Mali.
Dalam beberapa tahun terakhir, sebagian elemennya telah secara resmi dimasukkan di bawah hierarki JNIM atau bergabung dengan Islamic State Greter Sahara (ISGS).
Pada bulan Juni, Baye Ag Bakabo, seorang jihadis Tuareg yang terkait dengan beberapa penculikan orang Barat di Mali yang dilakukan oleh al Qaeda, dibunuh oleh pasukan Prancis di Mali utara.
Sementara itu, pada Juni 2020, pemimpin keseluruhan AQIM, Abdelmalek Droukdel, juga tewas dalam operasi Prancis di wilayah Kidal paling utara di Mali.
Sementara pada 2019, dua pemimpin senior lainnya, Abu Abdul Rahman al Sanhaji dan Yahya Abu al Hammam, juga dihantam pasukan Prancis.
Meskipun rentetan kematian tokoh-tokoh utama menimpa JNIM, Prancis menilai JNIM tetap masih merupakan ancaman serius bagi keamanan tidak hanya di Mali tetapi juga di wilayah Sahel. (hanoum/arrahmah.com)