SURIAH (Arrahmah.com) – Ikhwah fiillah, saat ini, seiring penyerbuan pasukan Turki ke perbatasan Suriah, beredar isu bahwa para Mujahidin di wilayah-wilayah yang telah dibebaskan itu tengah menghadapi sengketa yang berujung pada pertikaian. Kabar burung itu berkembang cukup cepat di media massa dan menjadi komoditas bagi para pendengki Mujahidin.
Mereka bahkan menggunakan informasi simpang siur itu untuk menjelek-jelekkan reputasi Mujahidin Ahlussunnah di negeri Syam. Berkenan dengan hal ini, Syaikh Abu Mariyah Al-Qahthani menjelaskan kepada Ummat mengenai sikap beliau dan sikap Jabhah Nushrah, sebagai salah satu faksi yang diisukan terlibat dalam sengketa tersebut. Beliau juga menjelaskan bagaimana hubungan mesra yang terbangun di antara faksi-faksi besar Mujahidin Suriah dalam memerangi Rezim Nusyairiyah.
Semoga risalah yang diterjemahkan dan dipublikasikan Muqawamah Media Team pada Senin (27/7/2015) berikut dapat menjadi pencerah bagi kita semua. Bismillah.
Seperti Kami Memperlakukan Pendosa?
Syaikh Abu Mariyah Al-Qahtani
Pada kesempatan ini saya ingin membahas sebuah masalah penting, sebagai sebuah tanggapan terhadap beberapa orang yang meminta saya untuk memperlakukan Mujahidin Syam sebagaimana kami memperlakukan anjing-anjing dari neraka. Saya katakan, (dengan bersandar kepada Allah sebelum kepada hal lain) “Kami telah bersabar dalam menghadapi anjing dari neraka, dan saya adalah orang pertama yang membela mereka, dan semua orang tahu bahwa saya adalah orang pertama yang menolak untuk melawan mereka. Tapi setelah kejahatan mereka menjadi jelas bagi saya, maka saya menjauhkan diri dari mereka dan melawan mereka.”
Mereka meminta dari saya untuk memperlakukan Mujahidin Jaisyul Islam dan para pemimpin mereka dengan cara yang sama sebagaimana kami memperlakukan Khawarij, mereka ingin agar kami memperlakukan saudara-saudara kami seperti kami memperlakukan para penjahat dari (sekte Khawarij) Qaramitah. Saya akan berbicara tentang persoalan ini dan ini adalah penjelasan saya.
Bagaimana saya bisa memperlakukan saudara-saudara saya dengan cara seperti saya memperlakukan khawarij, dan jika mereka menampakkan beberapa kesalahan, maka setiap orang dari kita juga membuat kesalahan. Setiap orang memiliki kesalahan, tetapi bukankah sangat tidak adil dan berat sebelah jika kita memperlakukan orang-orang shalih sebagaimana kami memperlakukan orang-orang jahat?
Dahulu ketika kami ingin menyelesaikan persoalan dan memperbaiki hubungan dengan ISIS demi memecahkan masalah antara kami dengan mereka, maka mereka mengatakan kepada kami bahwa kami telah murtad. Jadi bagaimana saya bisa memperlakukan saudara saya dari Ahrar Syam sebagaimana saya memperlakukan anjing-anjing ISIS?
Ini adalah apa yang Zahran Aloush lakukan, ketika saya memasuki wilayah Bi’r Qassab ia mengirim perwakilan, dan berkata: “Semua perbendaharaan kami dari selatan dari Ghouta Barat ke Daraa berada dalam pengaturan Anda dan setiap pemimpin kami yang Anda temukan di daerah manapun akan mendengarkan Anda karena Anda adalah saudara kami, dan Anda dapat melakukan amaliyah apapun di Ghouta, Anda bisa menggunakan senjata dan tentara kami manapun yang Anda inginka.” Kejadian yang begitu indah ini memiliki saksi-saksi yang hingga saat ini masih hidup.
Utusan tersebut juga mengatakan, dan saya kutip: “Jangan pergi ke Daraa, tetaplah di sini di Al-Qalamoun dan Afrin, setiap markas dan peralatan serta kamp militer Jaiysul Islam akan kami serahkan kepada Anda karena Ghouta membutuhkan Anda dan kami adalah tentara Anda “. Ini adalah apa yang dia katakan atas nama Syaikh Zahran Aloush. Maka kami pun ikut bertempur bersama saudara-saudara kami untuk membebaskan Daraa, saudara-saudara yang lain pun juga terlibat dalam pertempuran, hingga saat ini kami berpikir bahwa keluar masuk wilayah Daraa adalah hal yang mudah, sebagaimana yang telah kami rasakan. Mereka yang ingin menyaksikan hal ini bebas untuk melakukannya.
Kami memperlakukan Syaikh Zahran Aloush dan persaudaraan di Jaisyul Islam dengan satu skala. Beberapa hari yang lalu perselisihan antara Jabhat Nusra dan Jaisyul Islam terjadi, seorang ahli hukum dari kami berbicara kepada saya dari Al-Ghouta. Dan ia menyebutkan semua alasan yang menjadi sebab perbedaan pendapat kepada saya, dan saya tahu tentang hal itu dari beberapa sumber.
Setelah kejadian itu, saya segera segera melakukan kontak melakui saluran Telegram hingga 16 kali pesan suara, atau bahkan lebih, dengan Syaikh Abu Abdurahman Ka’kah. Dan sys menyampaikan pesan saya dalam dialek Irak (Al-Jaburiyah), yang berisi saran, teguran, dan kata-kata kasar, tapi saudara-saudara saya di Jaisyul Islam menerima teguran dari saya, karena mereka mengenal saya dan mengetahui besarnya cinta saya untuk mereka dan betapa saya sangat peduli terhadap penderitaan rakyat Suriah.
Saya harapkan tanggapan positif dari saudara-saudara saya di Jaisyul Islam, dan tanggapan mereka datang dalam kata-kata dan perbuatan. Ketika tanggapan mereka telah sampai kepada saya, maka saya mengatakan ucapan terima kasih kami kepada Allah yang membuat saudara-saudara saya berprasangka baik terhadap diri saya. Sikap syaikh Zahran Aloush telah jelas, bahwa beliau akan menahan orang-orang yang menuduh mujahidin sebagai orang-orang yang ingin melawan saudara-saudara mereka, inilah tanggapan yang datang dari orang mulia, putra orang mulia, Syaikh Zahran Aloush yang senantiasa berusaha untuk meninggalkan perselisihan.
Walaupun saya menegur Syaikh Zahran tentang komentarnya melalui Syaikh Abu Annas Al-Kanaakri, tapi saudara-saudara di Jaisyul Islam senantiasa menerima dari orang-orang yang ingin menasihati mereka, dan tentu saja mereka tidak menerima saran dari orang-orang yang ingin mencemarkan nama baik mereka, ini adalah sifat jiwa manusia. Demi Allah jika pesan saya adalah untuk selain saudara-saudara saya di Jaisyul Islam, dari mereka yang dibutakan oleh keberpihakan, mereka akan muncul di televisi, dan menulis pesan cukup panjang tentang kami.
Tapi saudara-saudara di Jaisyul Islam tahu bahwa apa yang saya telah mengirimi mereka, pesan yang mirip dengan pesan yang saya kirim kepada saudara-saudara kami yang berada di bawah komando Jabhat Nusra. Demikianlah perilaku kita terhadap orang-orang yang kita cintai, saya tahu bahwa mereka tidak memiliki kesalahpahaman tentang saya. Ini juga menjadi perilaku kami terhadap saudara-saudara kami dari Ahraar Syam. Memang benar, saya dari Jabhat Nusra, tapi saya menyarankan untuk brsikap seperti ini kepada mereka semua demi menggapai ridho Allah.
Dan saya memperlakukan mereka semua sama, bahkan terkadang saya barangkali pernah bersikap keras terhadap saudara-saudara saya di Jabhat Nusra meskipun saya dari kelompok yang sama, dan barangkali saya juga bersikap lunak terhadap saudara-saudara di Ahraar Shaam dan Jaisyul Islam sesuai dengan kadar permasalahannya. Saya juga menasehati mereka semua secara rahasia, dan saya menjaga agar semua ini tetap bernilai ibadah kepada Allah, karena agama adalah nasihat. Dan kadang-kadang saya mengangkat suara saya terhadap Syaikh saya dan saudara tercinta saya Abu Anas Saraqib (dari Ahraar Shaam), tapi beliau tahu besarnya cinta saya untuk mereka.
Jadi saya menulis risalah ini dengan penuh rasa keadilan, Allah menuntun saudara-saudara saya dari Jabhat Nusra dan Jaisyul Islam di Al-Ghouta untuk bersikap mulia dan mengubur perselisihan (Fitnah), semoga Allah memberi pahala bagi mereka. Dan saya bersaksi di hadapan Allah tentang kesungguhan saudara Abu Asim Al-Ansari, pemimpin kota Al-Ghouta, dan saudara-saudara ahli hukum dan para pemimpin dari Jabhat Nusra di Al-Ghouta di mana mereka terlibat di dalam pengelolaan kota ini. Demikian juga saudara-saudara kita di Ahraar Shaam dan Faylaq Rahmaan, dan semua mujahidin di Ghouta Barat. Dan saya memohon kepada Allah untuk mempersatukan saudara-saudara kami dalam naungan kebersamaan di Al-Ghouta, mereka adalah mahkota di atas kepala kami.
Dan bersama ini, saya memohon kepada Allah Yang Mahakuasa agar memberkati para pemimpin dengan wawasan dan membimbing mereka untuk menyatukan kembali satu sama lain, dan menolak sengketa, saya juga berdoa untuk saudara-saudara kami di Zabadani agar Allah menebus harga atas perpecahan dan perselisihan diantara mereka. Serta bagi saudara-saudara kita yang dipenjara yang menunggu kemenangan Allah dan kemenangan kami.
Ya Allah musnahkanlah kaum Khawarij ini karena mereka telah memperpanjang garis hidup rezim kriminal.
Ya Allah musnahkanlah Syiah Nusayriyah dan Rawafid.
Ya Allah satukanlah barisan dan perkataan kami dan berilah kami kemenangan atas musuh-musuh kami.
Ya Allah kami memohon kepada-Mu untuk memperbaiki keadaan kami dan mengampuni segala dosa kami. Ya Allah percepatlah kemenangan Mu dan penaklukan Mu, karena Engkau adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Demikianlah. Walhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, washalallaahu ala Nabiyyina Muhammadin, wa’ala aalihi, wa ash-habihi ajmaiin.
Wassalamu ‘alaikum wa Rahmatullah wa baarakatuh.
(adibahasan/arrahmah.com)