(Arrahmah.com) – Sabtu (30/1), kru theunjustmedia berhasil mewawancarai salah seorang jurubicara Imarah Islam Afghanistan, Zabiullah Mujahid mengenai beberapa statemen yang selalu dipublikasikan di media-media ternama internasional.
TUM : Media-media tersebut melaporkan bahwa Presiden Afghanistan, Hamid Karzai mengundang Imarah Islam Afghanistan untuk melakukan pembicaraan damai sebagai bagian dari upaya untuk mengakhiri peperangan.
Zabiullah Mujahid (ZM) : Kenapa Imarah Islam Afghanistan mesti menerima pembicaraan damai dengan para penjajah atau budak mereka yang tidak memiliki otoritas legal untuk memerangi Afghanistan dan penduduknya, otoritas tersebut hanya milik orang-orang Afghan. Statemen dari para penjajah dan budaknya adalah untuk menyembunyikan kekalahan mereka di Afghanistan. Kami, Imarah Islam Afghanistan dan dunia internasional selalu mendengar mengenai akan dilakukannya pembicaraan damai antara Imarah Islam Afghanistan dan para penjajah serta budak mereka yang dilakukan di Arab Saudi atau Dubai, kami Imarah Islam Afghanistan dan publik internasional melihat dengan jelas pertemuan ini, siapa saja yang berpartisipasi karena tidak ada satupun mujahid Imarah Islam Afghanistan yang menghadirinya. Ini merupakan salah satu statemen kebohongan yang dikeluarkan para penjajah dan budak mereka untuk membingungkan publik, untuk “menyenangkan” mereka di atas realitas perang Afghanistan.
TUM : Media-media rujukan itu juga melaporkan bahwa PBB mengatakan bahwa Pemimpin “Taliban” secara sembunyi-sembunyi telah melakukan pertemuan dengan PBB untuk membicarakan masa depan Afghanistan dan kemungkinan peletakan senjata yang mereka miliki. Taliban Quetta Shura dilaporkan telah bertemu dengan duta khusus PBB, Kai Eide pada 8 Januari 2010 di Dubai. “Mereka meminta dilakukannya pembicaraan. Mereka meminta perlindungan,” ujar pejabat PBB tersebut. “Mereka tidak ingin berakhir di tempat seperti Bagram,” pejabat tersebut menambahkan.
ZM : Pertama, saya tegaskan, tidak ada seorangpun anggota dewan Imarah Islam Afghanistan yang melakukan pertemuan dengan PBB untuk membicarakan persoalan Afghanistan apalagi untuk membicarakan peletakan senjata. Kedua, kami tidak mengetahui adanya Dewan Taliban Quetta. Ketiga, Imarah Islam Afghanistan tidak membutuhkan perlindungan dari siapapun dan perlu diketahui (fakta sebenarnya), Imarah Islam Afghanistan telah menguasai dan mengontrol lebih dari 80 persen wilayah Afghanistan, jadi yang sebenarnya membutuhkan perlindungan adalah para tentara penjajah bersama budak-budak mereka. Tidak akan ada pembicaraan damai dengan siapapun sampai para penjajah meninggalkan daratan kami. (haninmazaya/KC/arrahmah.com)