JAKARTA (Arrahmah.com) – Fenomena munculnya desakan kepada pemerintah untuk meminta maaf kepada anggota PKI yang mengklaim sebagai korban pelanggaran HAM atas peristiwa 1965, menurut mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi bukanlah suatu hal yang aneh. Pasalnya, PKI memang pandai dalam membelokkan isu.
“Komunis itu paling lihai dan jitu dalam membuat strategi. Sebagai contoh, mereka suka menguak luka lama, berupaya membersihkan diri dari kesalahan, lalu melempar kesalahan kepada pihak lain, dan mengambil manfaat dari kesalahan tersebut” Kata Kiyai Hasyim ketika beraudiensi dengan Jurnalis Islam Bersatu (JITU di kantor ICIS, Jl. Dempo, Matraman, Jakarta.
Karena menurutnya, meskipun komunis internasional sudah berubah, namun yang lokal belum berubah.” Kini neo komunis banyak yang jadi pejabat, bahkan di DPR. Mereka itu militan. Manuver yang mereka lakukan sangat berbahaya,” ungkap kiai.
Sambung Kiyai Hasyim, kini Liberalisme dan neo-komunisme sudah tidak lagi bermusuhan. Namun sedang bersatu dalam menghadapi nasionalisme dan Islam di Indonesia.
” Karena itu umat Islam harus cerdas dalam menanggapi semua isu baik politik dan budaya yang terjadi di Indonesia” saran Kiyai Hasyim. Lebih-lebih, kader-kader liberal dan neo komunisme sudah menguasai titik-titik vital dalam peta perpolitikan di Indonesia.
Seperti diketahui, pola-pola pembersihan diri dan melempar kesalahan ke orang lain lebih awal dilakukan komunis pada peristiwa pemberontakan PKI di Madiun, dimana pemberontakan yang dilakukan tidak menghalangi PKI untuk menjadi peserta pemilu tahun 1955, bahkan mendapat posisi sebagai 4 partai besar. (bilal/arrahmah.com)